Menemukan Titik Nyaman di Austria: Amira Subki

Selama dua tahun kebelakang, kota Vienna dinobatkan menjadi kota terbaik untuk ditinggali di dunia. Nah, kebetulan kita bisa kenalan langsung sama kak Amira, salah satu lulusan Technical University of Vienna jurusan Spatial Planning atau kalau Bahasa Indonesianya yaitu Perencanaan Tata Kota. Wah menarik ya jadi penasaran nih gimana Tata kota Vienna sampai bisa dinobatkan sebagai kota layak huni di dunia.

Sebagai lulusan Spatial Planning, hal yang paling kak Amira cinta pada Vienna adalah kotanya yang teratur, selain itu  transportasi di kota ini  sangat reachable, aman dan banyak green spaces-nya juga. Tapi, regulasi di kota ini ketat lho! Ya walaupun ketat, penduduk di kota ini harus mematuhinya biar semakin tercipta kenyamanannya nih. Wah dari sini kita bisa bayangin kalau Vienna bukan seperti tipikal ibukota yang padat dan berpolusi ya 

Melewati Jembatan Rintangan

Tapi, sebagai seorang mahasiswa yang berada di Austria kak Amira juga punya struggle yang sama nih dengan teman-teman mahasiswa lainnya yaitu Bahasa. Meskipun sudah mengikuti German Course dan mendapat sertifikat B2 kadang bahasa yang dipelajari tidak selalu sama dengan yang dipraktekkan di lapangan dan malah menurut pengalaman kak Amira, banyak siswa lain dan professor yang mengajar menggunakan bahasa dialek. Tapi kak Amira berhasil melewati struggle itu loh!

Kalau kata kak Amira “We’re on the same board , we are not alone in that situation so don’t be scared to ask and try your best” 🙂

Kalau kita omongin tentang titik nyaman pasti banyak banget pengalaman yang kita lewatin hingga bisa sampai ke titik yang sekarang, begitupun Kak Amira yang sedang melancong di sebuah kota yang diberi julukan kota musik ini sampai titik nyamannya membentuk sebuah impian baru untuk kembali menuntut studi di Austria dengan melanjutkan program Magister

Berlabuh dengan Selamat di sebuah Titik Nyaman

Kak Amira menemukan titik nyamannya setelah mengalami berbagai culture shock salah satunya pertemanan antara laki-laki dan perempuan yang lebih membaur daripada di Indonesia. Setelah menemukan titik nyamannya di Vienna, kak Amira sendiri menyampaikan bahwa hal ini juga jadi jembatan buat memahami akan adanya culture lain dan saling menghargai. Ga afdol rasanya menceritakan titik nyaman tanpa ada berbagai macam struggle ya,  sebelumnya kak Amira sempat menceritakan bagaimana di tempat kak Amira menuntut ilmu sangat menjunjung tinggi bersosialisasi dengan sesama apalagi di Technical University of Wien banyak banget loh group lesson yang membuat kak Amira mengalami kesulitan di awal buat berkomunikasi karena salah satu penyebabnya tingkat individualisme antara berbagai mahasiswa, malah untuk menuntut ilmu di universitas Technical University of Wien ini sangat dituntut untuk memahami dan mempelajari hal sampai ke dalamnya banget, harus bisa produce idea, concept dan paling penting berkomunikasi langsung sudah harus menjadi bagian dari hidup kak Amira

Kalau awalnya sulit apapun yang dilakukan dengan ikhlas dan senang pasti dipermudah juga kok, begitu pun Kak Amira, yang awalnya kesulitan untuk mencari teman eh malah datang sendiri loh! Kak Amira kasih kata kata bagus ke kita seperti ini,

“give yourself time and don’t intimidate yourself to find friends first, you will anyway get friend in the end”

Kunci dari kak Amira untuk mencari teman itu kita harus bisa rilex dengan diri sendiri dan mengubah mindset kita untuk ga stress yaa! Harus percaya diri dan jangan takut adalah senjatanya

Peran Orangtua sebagai Pendukung Hidup Nomor Satu

Setelah lama berbincang dengan Kak Amira sebagai salah satu mahasiswa lulusan Technical University of Wien, ada hal yang paling berkesan dari kak Amira yaitu dedikasinya yang sangat kuat untuk tetap belajar dan berproses! Tak lupa juga diiringi dukungan kedua orangtuanya untuk tetap mempertahankan budaya Indonesia meskipun sekarang tinggal di kota Vienna. Cara didik orangtua Kak Amira patut banget diberi jempol. Orangtua kak Amira mengajarkan juga untuk tetap menggunakan Bahasa indonesia saat di rumah dan tentunya sumber pembelajaran agama yang utama bagi kak Amira.   

“bersosialisasi itu penting, kita harus terbuka untuk tau lebih banyak dari orang lain tapi jangan sampai kehilangan diri sendiri”

Nah itu semua perjuangan mencari titik nyaman kak Amira di kota Vienna. Kira-kira semua sobat KP sudah ada di titik nyamannya sekarang atau belum nih? Kalau belum jangan menyerah untuk tetap berproses ya! 

2 thoughts on “Menemukan Titik Nyaman di Austria: Amira Subki

Comments are closed.