Pengen jalan-jalan ke Eropa, tapi tidak ingin mengeluarkan banyak kocek? Budapest jawabannya. Ibukota negara Hungaria ini memiliki banyak bangunan-bangunan cantik dan unik khas Eropa Tengah. Benar-benar berbeda dengan negara Eropa Barat seperti Prancis, Jerman ataupun Belanda. Biaya hidup di Budapest juga cukup terjangkau, cocok untuk travelling gaya backpacker.
Musim panas tahun 2017, saya berpetualang ke Budapest. Kota Budapest sendiri cukup dijelajahi dalam waktu 2 hari. Dari negara Eropa lain, Budapest bisa diakses dengan pesawat, kereta ataupun bis. Karena saya waktu itu dari kota Krakow (Polandia), saya menaiki Polski Bus menuju kota Budapest dengan waktu tempuh selama 7 jam (harga 8 Euro). Untuk penginapan, saya menggunakan salah satu platform untuk mencari host dengan harga terjangkau. Dulu sih, belum ada Kamar Pelajar. Kalau sekarang udah ada Kamar Pelajar, jalan-jalan ke Budapest jadi lebih mudah. Untuk moda transportasi di Budapest, ada bermacam-macam, dari kereta bawah tanah hingga bis. Bahkan pusat kotanya bisa dijelajah dengan berjalan kaki. Hemat dan sehat!
Kota Budapest terbagi menjadi dua bagian: bagian Buda dan Pest. Kedua bagian ini dipisahkan oleh sungai Danube. Pusat kota terletak di wilayah Pest, sementara di wilayah Buda terdapat Buda Castle, kompleks istana yang sangat besar terletak agak di bukit. Hari itu saya awali dengan menjelajahi Buda Castle. Di kompleks Buda Castle terdapat beberapa museum, monumen, gereja dan juga istana itu sendiri. Dari atas Buda Castle terlihat pemandangan Pest yang cantik dengan gedung parlemennya, serta Sungai Danube. Yang haram untuk dilewatkan di Buda Castle adalah Matthias Church dan Fisherman’s Bastion. Matthias Church sangat cantik dilihat dari luar, dengan atapnya yang eksotik khas Hungaria. Dari Fisherman’s Bastion juga keliatan jelas gedung parlemen Budapest yang luar biasa cantik. Di sini saya juga mencicipi snack khas Budapest yang namanya Kurtoskalacs, pastry besar yang berbentuk roll.
Selesai mengagumi kompleks istana ini, saya menuju ke arah Pest. Saya berjalan menyusuri sungai Danube menuju gedung parlemen. Di situ saya menemukan sepatu-sepatu besi berserakan yang ternyata adalah sebuah tempat peringatan bagi orang-orang Yahudi yang ditembak di pinggir sungai Danube. Jadi sebelum ditembak dan didorong ke sungai, mereka disuruh melepas sepatu terlebih dahulu. Dari situ, saya berjalan ke Budapest Parliament Building yang cantiknya luar biasa. Di bangunan ini juga ada taman besar, cocok buat santai-santai melepas penat setelah seharian berjalan keliling Budapest.
Perjalanan berlanjut ke St Stephen’s Basilica, sebuah gereja yang diberi nama raja pertama Hungaria, Stephen. Adapun gereja ini memiliki tinggi yang sama dengan gedung parlemen, dan mereka adalah dua bangunan tertinggi di Hungaria dengan tinggi 96 m, tidak boleh ada bangunan lain yang tingginya melebihi itu. Konon katanya, di gereja ini disimpan tangan kanan Raja (yang juga menjadi Santo-sebutan untuk orang suci agama Katolik) Stephen.
Puas menjelajah kompleks gereja, saya menaiki subway ke Hosok Tere, monumen besar tempat mengenang para pahlawan. Di dekat situ, saya melihat Beer Bike yang lagi parkir. Beer Bike adalah sebuah kendaraan yang berisi 10 orang yang dikayuh bersama-sama sambil berhadap-hadapan (kaya naik angkot). Seperti namanya, Beer Bike, para penumpang dapat mengitari kota Budapest dengan mengayuh sepeda sambil minum bir galon dengan total 30 liter yang sudah tersedia. Biasanya, para penumpang mengitari kota sambil bernyanyi dan berteriak, karena kendaraan ini juga dilengkapi oleh musik. Kata host saya, biasanya para penumpangnya itu mengadakan bachelor party dengan mengendari itu.
Jalan sedikit dari Hosok Tere, terdapat Szechenyi Thermal Bath, salah satu tempat pemandian air panas yang sangat popular di Budapest. Di kota ini banyak sekali tempat permandian air panas yang cukup digandrungi para turis. Saya sendiri sih tidak mencobanya, agak kurang pas di kantong saya. Hari sudah menjelang malam. Karena musim panas, matahari baru turun dan hari mulai gelap pada pukul 9 malam. Saya pun pulang ke rumah host saya.
Keesokan harinya, saya memutuskan untuk ikut Free Walking Tour (FWT), buat yang belum tau, Free Walking Tour ini bisa ditemui di berbagai kota di Eropa. Seperti judulnya, tur ini gratis dan dilakukan dengan berjalan kaki. Biasanya sih berdurasi 2-3 jam. Di akhir tur, kita bisa memberi tips pada guide seikhlasnya. Karena banyak waktu luang, saya memutuskan ikut tur ini untuk mendengar cerita sejarah kota dan bangunan dari tour guide-nya. Destinasinya sendiri kurang lebih sama seperti yang saya lewati kemarin, dari pusat kota Pest menuju Buda Castle. Lucunya, di tur ini saya bertemu dengan orang Indonesia, yang ternyata satu almamater di kuliah dan SMA saya. What a coincidence! Setelah ngobrol panjang lebar, kitapun ngemil snack Hungaria bareng yang disebut Langos. Sayangnya setelah itu kita harus berpisah, karena berbeda destinasi wisata. Saya ingin naik ke atas Citadel, spot yang sangat indah untuk melihat city night view.
Perjuangan naik ke atas Citadel jauh lebih sulit dibandingin ke atas Buda Castle, bukitnya lebih tinggi dan lebih curam. Saya sempat duduk beberapa kali untuk ambil napas. Sampai di atas hari belum bisa disebut gelap, masih peralihan dari sore menuju malam. Sudah banyak orang yang menanti di atas situ untuk melihat city view. Udara mulai dingin, anginnya berasa banget. Setengah jam kemudian hari sudah benar benar gelap. Dan di sana, dari atas Citadel, I saw the most breathtaking night city view in my life! Seriously! Ini bener bener jadi penutup yang indah di hari terakhir gue di Budapest. Citadel benar-benar salah satu tempat melihat night city view terindah dalam hidup saya.
Malam itu adalah malam terakhir saya di Budapest, kota ini benar-benar berkesan di hati saya. Dari perjalanan saya menjelajahi negara-negara di Eropa Tengah yang lain, kota ini menjadi salah satu kesukaan saya. Jadi, tunggu apalagi? Yuk ke Budapest dan menginap di salah satu host Kamar Pelajar di Budapest.
Sehabis dari Budapest, saya melanjutkan perjalanan ke kota Vienna di Austria. Kira-kira seperti apa ya, kota Vienna itu? Mari intip di sini.
TENTANG PENULIS
Cuni Candrika : Pernah menjelajah 35 negara di dunia, Cuni adalah host Kamar Pelajar di Paris yang juga berprofesi sebagai Tour Guide di Eropa. Kecintaannya pada travelling dituangkan di blog pribadinya, www.cunicandrika.com. Foto-fotonya juga bisa dilihat di Instagram @cunay.
1 thought on “Budapest, Kota Cantik di Eropa Tengah”
Comments are closed.