Aku percaya setiap orang sudah memiliki jalannya masing-masing untuk menggapai cita-citanya. Selama kita persisten, terus berusaha dan berdoa, pasti ada jalan. Sebenarnya, semua ceritaku ini berawal sejak aku masih kecil, tepatnya ketika aku pertama kali belajar bahasa Inggris di SD. Sebelumnya, aku sama sekali tidak tahu kalau dunia ini seluas itu, maksudnya, ternyata ada banyak negara lain di luar Indonesia yang bisa dijelajahi. Semenjak saat itu, aku selalu tertarik untuk pergi ke luar negeri tetapi bukan hanya sekadar liburan, aku memiliki keinginan yang kuat untuk merasakan kehidupan di belahan dunia lain. Pada saat yang sama, aku juga mulai senang mempelajari bahasa. Selama sekolah, mata pelajaran yang selalu jadi favoritku pun bahasa, entah itu bahasa Indonesia, bahasa daerah, maupun bahasa asing.
Ketika duduk di bangku SMP, tapatnya tahun 2010, aku menemukan sebuah buku berjudul “Study Abroad” karya Windy Ariestanty dan Maurin Andri. Dalam buku tersebut, penulis bercerita tentang pengalaman mereka dalam belajar sambil berpetualang di negeri orang. Buku itu cukup mengubah hidupku. Sejak saat itu, aku bertekad ingin sekolah ke luar negeri. Berbagai cara telah ditempuh untuk meraih cita-cita ini, termasuk mendaftar berbagai program pertukaran pelajar dan berbagai beasiswa. Meskipun belum berhasil, aku masih belum ingin menyerah sampai di situ. Aku masih terus berusaha mencari berbagai jalan untuk mencapai tujuanku dengan mengumpulkan banyak informasi dan menyusun beragam target.
Singkat cerita, aku memutuskan untuk mengambil studi D4/S1 di dalam negeri namun tetap berusaha untuk melanjutkan studi S2 di luar negeri. Dengan berbagai pertimbangan, hatiku mantap memilih Prancis sebagai destinasi untuk melanjutkan studi S2. Pada tahun 2016, selama libur semester empat, aku mengambil kursus bahasa Prancis di pusat bahasa dan kebudayaan Prancis bernama Institut Français d’Indonésie. Usaha tidak mengkhianati hasil, setiap hari aku belajar selama dua bulan penuh hingga meraih DELF A2 (semacam TOEFL dalam bahasa Prancis). Pada tahun berikutnya, aku mengikuti program volunteering AIESEC. AIESEC sendiri merupakan organisasi non-profit yang berfokus pada pengembangan potensi kepemimpian para pemuda dengan sistem cross-cultural internships dan global volunteer exchange. Aku mengikuti program ini selama empat bulan di Bandung. Selain untuk menambah relasi dan pengalaman, kegiatan ini juga menjadi salah satu cara untuk memperlancar kemampuan bahasa Prancis bersama para French-speaking volunteers, seperti orang-orang yang berasal dari Maroko, Kanada (Québec), dan native Prancis. Mereka sangat support ketika aku berusaha berbicara dalam bahasa Prancis dengan mereka.
Pada tahun 2018, aku kembali mengambil kursus selama 6 bulan hingga memperoleh DELF B1. Di tahun yang sama, aku berusaha meningkatkan kemampuan bahasa Prancis dengan mengikuti kegiatan volunteer sebagai pengajar bahasa Prancis di komunitas “Fakta Bahasa Bandung”. Pada saat itu, aku berpikir, daripada terus-menerus belajar bahasa ini di Indonesia, alangkah lebih baik jika aku bisa langsung mempraktikkan kemampuan bahasaku di negara asalnya. Agar bisa kuliah, aku masih perlu minimal satu level lagi, yaitu level B2. Alhasil, aku mulai menggali informasi dan mulai mengenai Program Aupair. Sebagai informasi, Aupair ini bukan kuliah. Aupair itu semacam program yang bisa memfasilitasi para pesertanya untuk bekerja sambil belajar. Para Aupair tinggal bersama keluarga asuh, bekerja paruh waktu untuk mengurus anak-anak mereka, dan mengikuti kursus bahasa Prancis.
Demi bisa mengambil level B2 di Prancis sekaligus beradaptasi dengan lingkungan di sana sebelum memulai perkuliahan S2, setelah lulus kuliah D4, aku langsung terbang ke Paris untuk mengikuti program ini selama kurang lebih 9 bulan. Melalui Aupair, aku merasa lebih percaya diri dan lebih fasih ketika berbicara dalam bahasa Prancis. Bagaimana tidak, setiap hari aku dituntut untuk berbicara dalam bahasa Prancis karena keluarga asuh dan mayoritas orang di Prancis yang kukenal di sana tidak bisa bahasa Inggris.
Niat awalnya, aku ingin menjadikan Aupair ini sebagai batu loncatan untuk melanjutkan kuliah di Prancis. Namun selepas Aupair, aku lebih tertarik untuk meng-explore negara lain. Akhirnya pada tahun 2019, setelah Aupair selesai, aku memutuskan untuk pulang terlebih dahulu ke tanah air, bekerja selama beberapa bulan sambil kembali hunting universitas. Memang perjalanan untuk lanjut kuliah ini cukup panjang, ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi seperti surat motivasi, CV, surat rekomendasi, dan sebagainya, jadi memerlukan waktu yang tidak sebentar sampai bisa kuliah. Dengan berbekal sertifikat bahasa Prancis dan TOEFL IBT, akhirnya, pada tahun 2020 aku diterima di tiga universitas di tiga negara yang berbeda, yaitu Prancis, Italia, dan Australia. Dengan berbagai pertimbangan pula, aku memilih Italia untuk melanjutkan studi, tepatnya di Università di Siena. Sampai hari ini, aku sangat menikmati perkuliahan di kampus ini meskipun online dikarenakan situasi pandemi Covid-19. Semoga situasi ini segera membaik dan normal lagi, aamiin.