Menikmati Hidup di Aosta, Kaki Gunung Alpen, Italia

Ketika membaca suatu judul artikel mengenai Gunung Alpen, hal apakah yang pertama kali terlintas di pikiran kalian? Swiss? Cerita Heidi Si Anak dari Gunung Alpen? Atau nyanyian Yodel? Tentu mayoritas orang pasti langsung menghubungkannya dengan Swiss. Padahal nyatanya, Gunung Alpen juga terbagi dalam beberapa teritorial negara lain seperti Slovenia, Prancis, Jerman, Austria, Liechtenstein, dan Italia. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa Gunung Alpen tidak melulu tentang Swiss.

Alih-alih mengenai Swiss, Kamar Pelajar punya cerita tentang Gunung Alpen di bagian Italia. Kisah ini diambil dari wawancara dengan narasumber bernama Kak Kinta yang bertinggal di Desa Aosta, kaki gunung Alpen, Italia.

Kak Kinta adalah orang Ciamis, Jawa Barat yang sejak berkuliah dan bekerja bertempat tinggal di Jakarta memutuskan berpindah mengikuti suami di Aosta, Italia. Kepindahan semenjak tiga belas tahun yang lalu tidak lepas dari adaptasi dan gaya hidup baru. Di Desa Aosta, Kak Kinta mengungkapkan bahwa tinggal di sana adalah hal yang menyenangkan. Lantas, beliau pun berbagi kisah tentang menikmati hidup di Aosta, Kaki Gunung Alpen.

Tempat Tinggal
Bertempat tinggal di sebuah lahan yang luas, Kak Kinta memiliki dua apartemen berusia enam puluh tahun berpanorama kaki Gunung Alpen. Terdapat tiga lantai. Lantai paling bawah adalah cellar, tempat menyimpan makanan untuk musim dingin. Diatas cellar adalah hunian Kak Kinta. Di dalamnya terdapat dua kamar tidur yang salah satunya adalah milik anak Kak Kinta yang berusia dua belas tahun. Lantai teratas disewakan untuk rumah liburan dengan masa sewa per hari atau per minggu maupun per bulan.


Kak Kinta memiliki dua teras. Teras pertama terdapat gazebo dihiasi bunga Wisteria dan bunga Star Jasmine yang pada musim semi selalu mekar dan menebarkan harum semerbak wangi. Selanjutnya, pada gazebo bawah terdapat tanaman anggur dan kiwi. Selain dapat memetik anggur dan kiwi, menyantap makanan atau bersantai di spot berpanorama kaki gunung adalah paket komplit sebuah kesenangan yang ajib!

Selain dilengkapi gazebo, rumah Kak Kinta dilengkapi perkebunan dan peternakan mini.


Bicara soal kebun, Kak Kinta memiliki beberapa buah dan sayur seperti apel, ceri, peach, plum, kentang, cabai, bayam, dan bahkan kangkung! Adapun dalam beternak, Kak Kinta memilih untuk memelihara ayam. Seperti yang kita ketahui dari youtubers mancanegara yang bertinggal di desa komplit dengan kebun dan ternak, hasil panen dan sembelihan tersebut bukanlah untuk dijual, melainkan untuk dikonsumsi sendiri.

Masih tentang hasil panen, Kak Kinta membuat beberapa toples selai, saus, dan liqueur. Untuk selai, buah yang digunakan adalah dari buah ceri, apel, plum, dan peach. Ada juga selai yang terbuat dari bunga mawar. Kemudian untuk saus digunakanlah tomat. Adapun buah yang digunakan untuk liqueur biasanya ceri. Kak Kinta pun memiliki ruangan khusus untuk menyimpan stok makanan. Sebut saja cellar. Berada di bawah tanah, cellar berfungsi sebagai tempat penyimpanan wine dan kentang.


Saus tomat bikinan Kak Kinta biasanya disantap dengan pasta, hidangan daging ayam atau sapi, dan kentang hangat yang benar-benar fresh from the oven. Hmmm, membayangkan saja sudah bikin ngiler. Sudah pasti lezat dan bikin usus tersenyum. Tapi, jika bertanya Kak Kinta, apakah itu adalah makanan favoritnya? Tentu saja tidak. Lezat belum tentu favorit. Karena Kak Kinta cinta makanan Indonesia.

Hal Umum di Aosta
Mengapa hal umum? Karena bagian ini bercerita tentang hal yang lumrah ada dan terjadi di Aosta.

Aosta cukup terkenal dengan beberapa festival meriahnya. Diantaranya ada Valle d’Aosta Festival yang diadakan sebagai penganugerahan dua penghargaan kehormatan regional bagi warga yang berprestasi dan berkontribusi untuk wilayah tersebut, ada Etroubles Veillà Festival yang memuat rute peziarah ke Roma, adapun Cogne Veillà Festival, acara perkumpulan sosial di komunitas kecil selama malam musim dingin yang panjang, lalu terdapat Alpine Guides Festival yang bertepatan dengan keberhasilan pendakian pertama Monte Bianco oleh Jacques Balmat dan Michel-Gabriel Paccard pada tahun 1876, ada juga Point Saint Martin Festival sebagai peringatan kekalahan Salassi oleh Romawi dalam “perlombaan kereta”, ada The Coumba Freida Carnaval dengan parade kostum tradisional untuk memperingati perjalanan tentara Napoleon di Italia pada bulan Mei 1800, dan Batailles de Reines, tontonan adu sapi demi menentukan sapi lokal terbaik. Masih banyak festival atau karnaval lain di Aosta.

FYI, festival yang paling terkenal adalah Sant’Orso Fair. Ini adalah festival terpenting di Aosta yang diadakan setiap tanggal 30-31 Januari per tahun. Banyak turis yang berdatangan karena pada pameran ini termuat di sepanjang jalan pusat kota Aosta. Sant’Orso Fair merupakan acara populer yang hebat, sebuah persembahan untuk kreativitas dan sifat rajin rakyat pegunungan. Setiap tahun, seribu peserta pameran, termasuk seniman dan pengrajin dari Valle d’Aosta, dengan bangga, dan dengan kepuasan yang sah, mempersembahkan hasil kerja keras mereka, yang dilakukan sebagai hobi atau sebagai kegiatan produksi asli, namun tetap mengikuti garis industri kerajinan kecil. Semua kegiatan tradisional ditampilkan. Diantaranya terdapat mengukir dan memahat kayu, mengolah batu sabun, besi tempa dan kulit, menenun, kain wol yang ditenun pada alat tenun kayu kuno, dan kemudian renda, anyaman, barang-barang rumah tangga, tangga kayu, tong, dan lain sebagainya.


Kak Kinta juga tertarik pada festival musik, Musicastelle Outdoor yang diadakan setiap musim panas. Acara ini menawarkan konser sore gratis dari artis-artis nasional Italia, yang tampil di lokasi alam yang indah di Lembah Aosta dan dihadiri para penonton dari segala usia yang tampak antusias.


Selain festival, bermain ski juga merupakan salah satu dari sekian kiat-kiat hidup menyenangkan di Aosta. Anak laki-laki Kak Kinta begitu senang bermain ski. Kalau Kak Kinta sendiri masih belajaran, tuturnya.


Panorama terindah di Aosta
Kak Kinta merekomendasikan Courmayeur sebagai tempat yang wajib dikunjungi selama berada di Aosta. Menjadi tempat istimewa yang memiliki dua sisi lembah yang bertemu di sebuah cekungan lebar di kaki Mont Blanc, Courmayeur merupakan alam dengan beragam pemandangan nan menakjubkan, cocok untuk berlatih olahraga santai atau memacu adrenalin, baik di musim panas maupun di musim dingin. Beberapa contoh olahraga yang sangat digemari di sini adalah hiking, mountain bike, dan ski.

Untuk pendakian singkat dapat melalui dua spot. Pertama, La Suche (1467 m dpl), sebuah pondok gunung yang terletak di dataran tinggi di atas Courmayeur. Dari dataran tinggi, Anda akan memiliki pemandangan Mont Blanc yang menakjubkan dan banyak puncak yang menandai perbatasan Prancis. Kedua, Rifugio Giorgio Betone, sebuah Suaka Giorgio Bertone (2000 m dpl) terletak di Lembah Aosta di Pennine Alps di Courmayeur, terletak di timur laut kota itu sendiri dan di hadapan gunung Mont Blanc. Tempat perlindungan tersebut dibangun pada tahun 1982 untuk mengenang pendaki gunung Giorgio Bertone, yang meninggal dalam kecelakaan pesawat.

Bagi kalian yang ingin mencoba cable car, terdapat Skyway Monte Bianco. Dibuka sejak tahun 2015, kereta gantung ini menghubungkan kota Courmayeur (The Valley Station, 1300 m) ke Pavillon (The Mountain Station, 2173 m) dan Punta Helbronner (The Sky Station, 3466 m). Namun, jika kalian lebih memilih untuk menikmati pemandangan alam dengan bersepeda maupun jalan kaki, sebaiknya kunjungi Val Ferret, karena tempat tersebut menawarkan beberapa pemandangan paling menakjubkan dari Grandes Jorasses (bagian dari massif Mont Blanc) dari sisi Italia.

Oh iya, sebaiknya jangan lupakan Val Veny. Karena Val Veny biasanya menjadi tujuan pertama dalam perjalanan pengunjung Courmayeur.


Singkat kata, kisah Kak Kinta mengenai cara menikmati hidup di Desa Aosta, kaki Gunung Alpen, adalah tentang tempat tinggal yang nyaman, tenang, menyatu dengan alam, serta makanan yang manis, festival yang meriah, ski, dan satu set panorama indah Courmayeur.

Dari kisah Kak Kinta, bertinggal di kaki Gunung Alpen merupakan salah satu dari sekian kenyamanan duniawi. Kebaikan alam, ketenangan, dan festival lokal disana begitu menarik, memicu keinginan untuk berkemas meninggalkan hiruk pikuk kota dan menyegerakan pensiun dini. Dengan biaya hidup minimal 53.13€ per hari, apakah kalian tertarik untuk segera pergi ke Aosta?

Sumber: wawancara pribadi, costofliving.site, lovevda.it, moonhoneytravel.com, rifugiobertone.it