Bagi kalian yang muslim pasti sudah familiar dengan rukun Islam kelima, bukan?
Teruntuk sobat KP yang belum mengetahui, rukun Islam kelima adalah menunaikan haji bagi mereka yang mampu. Mampu yang bagaimanakah? Tentu yang mampu secara finansial, jasmani, dan rohani.
Ngobrol soal ibadah haji, biaya dan waktu adalah dua hal penting yang harus diperhitungkan sebelum kita mendaftarkan diri pada agen haji dari asal negara masing-masing. Bagi warga negara Indonesia, diperlukan sekitar 3 – 30 tahun masa tunggu dengan jangkauan biaya sekitar 35 – 95 juta Rupiah untuk setiap keberangkatannya. Apakah kamu pernah berandai-andai tentang berapa lama masa tunggu dan biaya keberangkatan haji di mancanegara?
Mengambil satu pengalaman, kali ini Kamar Pelajar punya kisah rekan kita setanah air yang pernah berangkat haji dari Jerman.
Menjadi warga Jerman, kamu hanya membutuhkan sekitar 5 bulan masa tunggu keberangkatan haji. Hal ini dibuktikan dengan pengalaman Kak Chemilia ketika ia menunaikan haji pada tiga tahun silam.
Mengenal singkat tentang Kak Chemilia, ia adalah warga Indonesia yang kini menetap di Jerman. Menjadi istri warga lokal, Kak Chemilia mempunyai banyak pengalaman menarik tentang adaptasi dengan pasangan. Salah satunya adalah mengenai adaptasi beragama.
Pasangan Kak Chemilia merupakan seorang mualaf yang sedang memperdalam keimanan dalam beragama Islam. Beruntungnya, ia mendapat dukungan penuh dari Kak Chemilia. Dukungan tersebut juga termasuk rencana ibadah umroh berdua yang akan ditunaikan dalam waktu dekat ketika suami Kak Chemilia selesai proses penyembuhan masalah kesehatan pada tahun 2018 silam.
Tuhan sungguh Maha Baik. Tiga bulan berselang, kondisi pasangan Kak Chemilia pun memulih dan dapat dikatakan ia benar-benar sembuh. Bak mendapat pencerahan, mereka berdua membatalkan keberangkatan umroh dan memutuskan untuk menunaikan haji saja.
“Karena umur nggak ada yang tahu…” tutur Kak Chemilia ketika bercerita awal mula kemunculan niat untuk menunaikan haji.
Berawal dari niatan yang kuat, Kak Chemilia dan pasangan pun kukuh mendaftarkan diri pada agen haji setempat. Agen yang dipilih merupakan agen haji Turki yang bekerja sama dengan FORKOM (Forum Komunikasi Masyarakat Muslim Indonesia Se-Jerman). Kak Chemilia memaparkan bahwa biaya paket haji per orang bekisar 5,300 EURO. Jadi jika dikalkulasikan untuk sepasang, biaya total adalah senilai 10,600 EURO.
Demi mengumpulkan sejumlah uang pelunasan setelah uang muka, Kak Chemilia menambah penghasilan tambahan dengan bekerja sebagai pendamping anak di sekolah dasar luar biasa dan babysitter. Beruntung, kemudahan selalu menyertai mereka yang sedang berjuang di jalan Tuhan. Dalam bekerja, Kak Chemilia tetap mendapat perlakuan ramah meskipun ia mengenakan jilbab.
Mendaftarkan diri pada bulan Maret dan berangkat haji pada bulan Agustus merupakan waktu yang sangat singkat, dibanding keberangkatan dari Indonesia.
Sebelum keberangkatan haji, sobat KP di Indonesia pasti tahu dengan doa bersama sebelum hari yang dinantikan tiba. Namun sayang sekali, tidak ada hal semacam itu di Jerman. Keberangkatan haji agak terasa hampa dikarenakan hal tersebut.
Akan tetapi, karena menggunakan jasa agen haji dari Turki yang bekerjasama dengan FORKOM, Kak Chemilia cukup senang ketika bertemu dengan rekan-rekan Indonesia di Istanbul.
Sesampainya di Mekkah, Kak Chemilia bercerita bahwa hotel dari paket haji berjarak sangat dekat dengan Masjidil Haram. Untuk rombongan haji dibagi dalam beberapa negara karena jasa agen haji dari Turki tersebut menyediakan pemandu dalam beberapa bahasa seperti Bahasa Turki, Bosnia, Jerman, hingga Indonesia. Kak Chemilia bercerita bahwa terkadang ia mengikuti rombongan Indonesia, di selang waktu lain ia tergabung dalam rombongan Jerman, mengingat bahwa pasangan Kak Chemilia belum memahami Bahasa Indonesia.
Dokumen Narasumber
Perlu sobat KP ketahui bahwa rombongan Jerman terbagi dalam dua grup yaitu pendek dan panjang. Keduanya dipatok dengan biaya yang sama, yaitu 5,300 EURO. Grup pendek dikhususkan bagi mereka yang ingin menjalankan haji dengan waktu yang padat sehingga dapat kembali ke Jerman sesegera mungkin. Grup pendek biasanya cocok untuk mereka yang tergesa-gesa untuk kembali karena tuntutan pekerjaan yang telah menunggu. Sedangkan, grup panjang lebih santai dan rileks dengan durasi normal dalam menjalankan ibadah haji. Begitulah tutur Kak Chemilia yang memilih grup panjang.
Sepulang menunaikan ibadah haji, sobat KP di Indonesia pasti akrab dengan doa bersama diselingi budaya bagi-bagi oleh-oleh seperti air zam-zam, cemilan, dan pernak-pernik khas Mekkah.
Bagaimana dengan di Jerman?
Sudah pasti tidak ada. Kehambaran terjadi dua kali, baik saat keberangkatan maupun kepulangan. Tetapi Kak Chemi tetap membeli oleh-oleh untuk beberapa terdekat.
Oh iya, ada satu fakta menggelitik tentang perbedaan penawaran haji di Indonesia. Sobat KP pasti sudah jenuh dengan masa tunggu keberangkatan haji yang terasa seperti selamanya di Indonesia yang berarti penawaran pun sangatlah terbatas. Namun, berbeda 180 derajat dengan Jerman, agen haji kerap menawari kuota tersedia walaupun terpaut dekat dengan bulan keberangkatan. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk muslim berselisih sangat jauh antara keduanya.
Jika bertanya apakah warga asli Indonesia dapat berangkat menunaikan haji dari Jerman demi mempersingkat waktu tunggu? Tentu saja jawabannya tidak boleh. Kecuali jika sobat KP adalah warga Indonesia yang memang benar-benar menetap di Jerman.
Nah, cukup panjang dan menarik pengalaman Kak Chemilia dalam menunaikan ibadah haji dengan keberangkatan dari Jerman. Masa tunggu yang lebih singkat membuat kita tergiur untuk berangkat haji dari sana.
Untuk sobat KP yang memiliki cukup tabungan dan ingin segera menunaikan haji, tetapi menyerah dengan masa tunggu haji dari Indonesia, apakah ada terlintas pikiran untuk terlebih dahulu menjadi warga Jerman agar dapat berangkat haji dari sana?
Sumber: Kak Chemilia Bekti (Narasumber)