Study-Work-Life Balance Ala Ketua PPI Auckland: Ryan Tanata

Selandia Baru, salah satu negara yang identik dengan keindahan alamnya. Pernah nggak sih penasaran gimana rasanya tinggal di sana, terutama sebagai penuntut ilmu?

Nah, Kamar Pelajar punya kesempatan untuk ngobrol dengan salah satu mahasiswa tingkat akhir jenjang S1 jurusan bisnis di Auckland Institute of Studies, Selandia Baru: Ryan Tanata.

Kenapa sih Selandia Baru?

Ketika ditanya tentang alasan pilih Selandia Baru, Ryan mengaku bahwa pada awalnya ia tidak punya rencana untuk menempuh studi di negara ini. “Awalnya gak ada rencana studi di New Zealand. Pinginnya ke Australia karena banyak teman dan lebih rame juga di sana. Terus waktu konsultasi ke agensi, disaranin kalau New Zealand juga bagus dan masih sepi, sistem pendidikannya juga kurang lebih sama kaya Australia. Jadi, akhirnya lebih tertarik ke New Zealand setelah dengar penjelasan dari agensinya. Terus baru mulai planning kesini dan ortu juga ngebolehin, jadi langsung daftar sekolah, apply visa.”

Keterlibatan Ryan dalam Kepengurusan PPI Auckland

Selain belajar, pria asal Ketapang, Kalimantan Barat ini juga aktif di organisasi perhimpunan pelajar Indonesia atau PPI. Di usianya yang tergolong masih muda, ia bahkan menjabat sebagai ketua PPI Auckland tahun 2021. “Dulu pas baru sampai sini (Auckland), belum tau ada PPI. Terus kenalan-kenalan, dikenalin ke PPI. Awalnya aku masih ikut acara-acaranya doang. Abis itu, mereka nawarin jadi pengurus dulu. Waktu itu jadi pengurus olah raga dan seni budaya. Setelah masa jabatan ketua yang lama habis, dia rekomendasiin aku karena aku juga agak aktif kan di organisasi.”

“Aku bersyukur karena timnya aktif. Jadi awal tahun udah mulai bagi tugas, misalnya divisi ini ngapain aja. Jadi aku yang ngasih tanggung jawab untuk divisi masing-masing. Kita biasanya bikin acara perbulan sekali. Karena aku lebih dominan di olahraga, jadi banyak adainnya aca olahraga kaya turnamen biliar. Ada juga beberapa acara lain, misal kalau ada hari besar, kita adain acara at least ngumpul kaya buka bersama. Biasanya dari kampus, ada gabung dari negara-negara lain juga, kita mempromosikan budaya kita, acaranya (diadakan) setiap tahun. Dukanya, orang Indonesia di sini agak pasif, jadi perlu di-approach personal biar mau datang ke acara-acara kita.” Ucap Ryan ketika mengisahkan kegiatannya selama di PPI Auckland dan suka dukanya selama menjadi ketua PPI.

Hobi Basket dan Kerja Part Time

Di samping itu, Ryan juga hobi berolahraga. Sebelum menjadi bagian dari PPI dan sebelum tiba di Auckland, ia memang gemar bermain basket. Awalnya, Ryan tergabung dalam tim sekolah, memenangkan beberapa pertandingan basket dan mendapatkan beasiswa. Hobinya terus berlanjut hingga masa studinya di Auckland. Pada tahun 2019 lalu, ia memperoleh juara pertama dalam perlombaan basket melawan sesama mahasiswa di PPI Auckland. Acara olahraga ini diselenggarakan dalam salah satu acara terbesar tahunan bernama PPI Games yang turut mengundang PPI dari berbagai kota di Selandia Baru. Ryan juga tampak memampangkan potret dirinya di sosial media ketika menjuarai kompetisi basket tersebut.

Tidak hanya berkuliah dan aktif berorganisasi, Pria yang lahir pada tanggal 22 September 2000 ini juga memanfaatkan waktu luangnya untuk bekerja paruh waktu. “Aku kerja di Gong Cha Bubble Tea. Kerjanya kadang pulang kuliah, kadang weekend. Ini kan kerja part time, jadi bisa milih maunya berapa jam. Kalau memang mereka approve, ya udah kita ikutin jadwal yang di-approve. Aku kuliah dari hari Senin sampai Kamis, lalu biasanya kerja di hari jumat dan weekend. Sebenarnya tergantung kita sendiri juga, aku lebih seringnya kerja Sabtu Minggu, sih. perminggu bisa berubah-ubah. Bisa habis sekolah, bisa juga pas ga ada kelas, tergantung kitanya kalau di Gong Cha.” Tutur Ryan.

Suka Duka Selama di Auckland

Ada beberapa hal yang Ryan sukai selama berkuliah di Selandia Baru, yaitu karena budayanya yang beragam sehingga bisa berbaur dengan orang dari berbagai macam latar belakang. Menurutnya, para dosen di sana pun baik dan sangat menyuport dirinya. Ia juga menambahkan, “Hal lain yang bikin aku suka di sini, ga perlu bikin skripsi. Tergantung sih, tapi sarjana rata-rata nggak perlu nulis skripsi. Kalau terkait negaranya, aku suka New Zealand itu karena alamnya bagus, enak untuk tinggal jangka panjang, segar, orang-orangnya juga rata-rata ramah. Di sini juga tempat kerjanya enak, sangat support work life balance.”

Ryan juga menceritakan beberapa hal menarik seputar Selandia Baru. “Di sini negaranya aman, merupakan negara yang teraman di dunia. Cuma akhir-akhir ini ada aja kasus, baru-baru ini waktu lockdown ada kasus pembunuhan. Tapi bagi kami di sini, ada kasus seperti itu langsung jadi besar. Negara ini kan emang aman, jadi orang expect-nya nggak ada yang kaya gitu. Jadi pas ada satu kasus, media itu langsung berlomba-lomba gitu. Polisinya juga cepat ambil tindakan. Dulu juga kita udah bebas corona selama 1,5 tahun, kasusnya udah nol. Tapi bulan lalu tiba-tiba dapat satu kasus delta. Dari situ kita langsung lockdown total. Tapi ketika lockdown, orang-orangnya nurut. Yang buka cuma supermarket dan rumah sakit, sisanya tutup, jadi kita juga ga ada alasan sih untuk keluar rumah.”

Ketika ditanya tentang duka atau hal yang tidak disukai selama di Selandia Baru, Ryan agak kebingungan karena baginya Selandia Baru ini adalah negara yang nyaman untuk ditinggali. “Dukanya, gak tahu, aku sih suka-suka aja, enjoy banget. Mungkin homesick aja kalau kuliah di luar.”

Wah menarik sekali ya cerita Ryan selama berkuliah di Auckland. Ternyata di samping alamnya yang bagus, ada banyak hal lain yang memikat untuk tinggal dan menuntut ilmu di negara ini. Kita cobain kesana juga yuk?