Petualangan Erina di Utara dan Timur Swedia

Dia pikir, 

Dia yang paling hebat,

Merasa paling jago, dan paling dahsyat.

Hayo, siapa yang jadi nostalgia sama film di tahun 2000-an yang judulnya “Petualangan Sherina”?  Nah, kalo film ini adalah kisah petualangan Sherina di Indonesia, kali ini kita juga punya kisah petualangan Erina di Swedia. Terbang berjam-jam ke wilayah Eropa untuk menimba ilmu, Erina punya cerita tersendiri tentang perjuangan belajar hingga hal-hal menarik yang dilakukan selama disana. Katanya, dia pernah bertualang ke utara dan timur Swedia, lho. Gimana, ya ceritanya?

Mendaki di Wilayah Utara Swedia

Erina, perempuan yang bakal nemenin petualangan kita kali ini adalah mahasiswi Geophysics di Uppsala University, Swedia. Disamping kesibukannya untuk belajar, biasanya di akhir pekan Erina bakal ngabisin waktunya untuk membaca buku, kumpul bareng temen-temen PPI, masak-masak, dan bertualang tentunya, katanya sih biar balance.

Di musim panas tahun ini, Erina ternyata udah punya rencana bertualang ke wilayah utara Swedia. Rencana yang berawal dari obrolan singkat di tahun lalu akhirnya akan segera terwujud. Awalnya Erina berencana hiking ke utara Swedia, tepatnya ke Sarek National Park dengan satu orang temannya. Tapi, setelah mencoba untuk mengajak yang lainnya terkumpul lah lima orang untuk berpetualang bersama Erina. Mereka berencana untuk mengambil rute pendakian dari arah selatan ke utara.

Sambil persiapan sebelum hiking, Erina yang cuma punya pengalaman hiking satu kali di Indonesia pun harus latihan fisik untuk persiapan petualangannya. Karena mereka nantinya akan jalan sekitar 10-15 km per harinya. Erina akhirnya harus latihan jalan jauh sambil membawa beban selama satu minggu bersama teman-temannya.

Setelah persiapan matang, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun datang. Erina dan teman-temannya memulai petualangannya dengan naik kereta selama kurang lebih delapan jam dari Uppsala menuju Stockholm, dan berakhir di stasiun Murjek. Dilanjutkan dua setengah jam perjalanan menggunakan bus menuju titik awal pendakian.

Saat tiba di titik awal pendakian pukul lima sore, mereka disambut dengan dengan hujan dan angin yang membuat suasana jadi semakin dingin. Alih-alih beristirahat, mereka justru memulai pendakian. Mereka harus segera memulai perjalanan agar perkiraan waktunya sesuai, biar nggak ada drama ketinggalan kereta saat pulang nanti. Jadi, mereka tetap jalan walaupun diguyur hujan.

Dari start point ke titik pertama, mereka jalan kurang lebih selama enam jam. Mereka sampai di titik pertama sekitar pukul sebelas malam. Walaupun udah malam, matahari waktu itu masih terang. Tapi syukur hujan udah mulai sedikit reda. Setelah mendapat spot yang pas untuk mendirikan tenda, akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat. Menariknya, selama berpetualang, matahari selalu ada. Jadi, mereka nggak pernah ketemu sama yang namanya gelap.

Kemudian di hari berikutnya Erina dan teman-teman pun melanjutkan petualangannya. Ternyata mereka nggak sepenuhnya mengikuti jalur yang ada. Awalnya mereka memang mencoba mengikuti jalur kungsleden, sebuah jalur yang bisa membantu para pendaki untuk mencapai titik-titik tertentu, tapi tidak termasuk tujuan mereka, Sarek National Park. Jadi, setelah mengikuti jalur kungsleden, mereka pun harus bertualang lebih seru lagi dengan mencari jalur sendiri untuk bisa sampai ke Sarek National Park dengan bantuan peta digital yang sudah mereka siapkan sebelum pendakian.

Erina dan yang lainnya juga membawa sebuah peta topografi yang bisa bantu mereka melihat medan yang akan dilalui di depan sana. Tapi, di hari keempat mereka akhirnya memutuskan untuk mengakhiri petualangan mereka karena medan yang cukup berat. Medan yang mereka lalui sebenarnya nggak seberat jalur pendakian seperti di Indonesia, tapi memang perjalanannya cukup jauh dan harus menyebrangi beberapa sungai dingin yang arusnya cukup deras dengan kaki telanjang. Menyeberangi sungai yang dingin ini menjadi tantangan yang cukup berat. Bahkan Erina sempat menitikkan air mata.

Selain membawa beban yang cukup banyak untuk persediaan selama sepuluh hari, mereka juga harus melawan rasa dingin yang pastinya bikin perjalanan jadi lebih menantang. Karena suhu di awal musim panas saat itu sekitar satu atau dua derajat celcius.  Cuaca dingin ini juga bikin Erina dan yang lainnya mengenakan empat lapis pakaian biar lebih hangat dan memilih untuk nggak mandi selama pendakian. Selain dingin, menjaga kemurnian air juga jadi alasan mereka nggak mandi selama pendakian.

Tapi, meskipun tidak sampai di tujuan utama mereka, yaitu Sarek, setidaknya mereka sampai di spot yang namanya nggak jauh beda, Parek. Di Parek, mereka juga takjub dengan pemandangan yang mereka dapatkan. Meskipun mereka sudah memasuki musim panas saat melakukan pendakian, mereka masih bisa melihat bukit-bukit yang masih ditutupi salju, dan itu sangat indah. Momen ini tentunya jadi salah satu momen yang wajib diabadikan oleh Erina dan teman-temannya.

Selain itu, selama perjalanan sebenarnya mereka nggak begitu mendapatkan halangan yang begitu berarti. Tidak ada pengalaman mistis, maupun hewan buas yang mereka temui selama perjalanan. Hanya saja mereka sempat menemukan jejak serigala dan bertemu  reindeer, rusa kutub yang ukurannya besar. Tapi mereka bersyukur semuanya baik-baik saja.

Dengan keputusan mereka untuk kembali setelah sampai di Parek, mereka kembali ke kota yang lokasinya nggak jauh dari stasiun kereta  sesuai dengan tiket kepulangan mereka, Gallivare dan menginap selama dua malam di sana. Kurang lebih petualangan Erina dan teman-temannya memakan waktu selama tujuh hari dari berangkat sampai kembali lagi ke kota. Dari petualangan kali ini, Erina pun merasakan pengalaman yang sangat berarti baginya.

Ini tuh relaxing selama beberapa hari nggak main hape.. Tanpa distraksi hape, ini jadi pengalaman yang nggak pernah aku rasain sebelumnya dan itu menyenangkan” cerita Erina di petualangan utara Swedia nya.

Bersepeda di Pulau Kecil di Wilayah Timur Swedia

Setelah petualangan yang cukup menantang selama 10 hari ke utara Swedia, kali ini Erina mau ngajakin kita bertualang ke Swedia bagian timur. Masih di musim panas, Erina penasaran sama sebuah pulau di ujung timur Swedia, Gotland namanya. Banyak yang bilang kalau pulau ini cukup beda dengan kota-kota yang ada di Swedia. Jadi, Erina pengen banget ngajakin kita bertualang kesana.

Saat itu, Erina sebenarnya juga mengajak beberapa temannya untuk ikut berpetualang lagi. Tapi, karena ada kesibukan masing-masing, akhirnya Erina berangkat bersama satu orang temannya. Karena mereka rencananya mau bersepeda di Gotland, biar lebih hemat, mereka bawa sepeda masing-masing dari Uppsala.

Perjalanan kali ini juga nggak kalah jauh, awalnya mereka harus naik kereta dan transit di stasiun Stockholm dan kemudian dilanjutkan ke stasiun terdekat dengan pelabuhan, stasiun Nynäshamn. Sayangnya mereka apes waktu di Stockholm. Karena keasyikan ngobrol mereka sempat ketinggalan kereta. Tapi, untungnya Erina udah antisipasi untuk beli tiket yang lebih awal, jadi masih ada harapan untuk nggak ketinggalan naik kapal.

Kebetulan petualangan kali ini Erina harus berangkat malam hari. Mereka juga pilih kapal yang berangkat dini hari, selain kapal di malam hari biayanya lebih terjangkau, selama di kapal pun mereka bisa gunakan untuk istirahat. Lumayan, Erina harus menyebrangi lautan sekitar empat sampai lima jam lamanya.

Setibanya di Gotland, ternyata ban sepeda milik teman Erina bocor. Mereka bingung, karena tujuan mereka untuk bersepeda menikmati suasana di Gotland. Mereka yang tadinya mau menghemat biaya dengan membawa sepeda dari Uppsala justru akhirnya harus menyewa sepeda di sana. Tapi karena mereka tiba di Gotland cukup pagi, mereka harus bersabar menunggu sampai ada yang buka.

Setelah menyewa sepeda, mereka pun masih harus melanjutkan perjalanan menggunakan bus sekitar pukul 10.30 pagi dilanjutkan dengan naik kapal selama 15 menit ke tujuan akhir. Sesampainya di tujuan akhir, mereka langsung menikmati suasana pulau kecil di Gotland dengan bersepeda. Mereka bersepeda mengelilingi wilayah itu sekitar 50 km. Tujuan mereka adalah sebuah cagar alam, fenomena geologi yang ditemukan di Gotland. Di sana ada banyak batu gamping dengan bentuk yang variatif, salah satu yang mereka abadikan di lensa kamera adalah rauk, fenomena geologi yang terdiri dari limestone atau batu gamping. Katanya ini juga banyak ditemukan di Norwegia, tapi kalau di Swedia, Gotland lah tempatnya. 

Dari spot peterma mereka, fenomena geologi, mereka menaiki bus untuk kembali ke Visby, kota utama di Gotland yang punya banyak benteng dan juga museum. Mereka tiba sekitar pukul delapan malam. Rencananya mereka bakal mendirikan tenda di sana, tapi karena di sana nggak bisa sembarangan, akhirnya mereka sepedaan lagi selama satu jam untuk cari spot buat nenda. Nggak sia-sia sepedaan selama satu jam, mereka dapat spot yang cukup untuk dua buah tenda di dekat tebing Högklint. Mereka disuguhkan pemandangan pinggir pantai yang nggak kalah keren, bahkan mereka sempat menikmati momen sunset di sana.

Di hari kedua, Gotland diguyur hujan sampai sekitar pukul 11 pagi. Setelah hujan reda mereka juga nggak mau nyia-nyiain waktu mereka di Gotland. Dari tempat mereka istirahat, butuh waktu sekitar 20 menitan untuk sampai ke Kota Visby. Di sana, Erina juga sempat mengunjungi kampusnya yang ada di Gotland. Selain itu, mereka juga keliling kota, bersepeda di pinggir pantai dan menikmati sunset sebelum akhirnya mereka harus kembali ke Uppsala.

Dua hari sudah Erina dan temannya berpetualang menikmati Gotland dengan berbagai cerita, mulai dari ketinggalan kereta, ban sepeda yang bocor, mengelilingi kota dengan bersepeda hingga bermalam di tenda. Pengalaman yang menarik bagi Erina selama di Gotland adalah bersepeda dan bermalam di tenda, dan ini akan jadi kisah petualangan yang tak terlupakan.

Wah, seru banget kan Petualangan Erina di Swedia. Mulai dari pendakian di wilayah utara, sampai sepedaan di wilayah timur Swedia. Nah, kira-kira sobat KP ada yang siap berpetualang bareng Erina? Jangan lupa kencangkan sabuk pengamannya ya, hehe.