Pesona Ujung Dunia Bagian Utara: Svalbard

Dimanakah ujung dunia berada?

Kutub Utara? Kutub Selatan?

Ya, bisa dibilang keduanya.

Sehubungan dengan hal tersebut, cerita kali ini akan berkisah tentang kehidupan kerabat kita setanah air yang tinggal di dekat ujung dunia bagian utara. Svalbard!

Svalbard? Dimanakah itu?

Berjarak 650 mil (1050 kilometer) dari Kutub Utara, Svalbard adalah sebuah wilayah kepulauan milik Norwegia yang memiliki luas 62.050 km² dengan tiga pulau terbesar bernama Spitsbergen (39.000 km²), Nordaustlandet (14.600 km²) dan Edgeøya (5.000 km²). Pada awalnya, Svalbard adalah wilayah tak berpenghuni. Nama Svalbard terinspirasi dari bentang alamnya, yang berarti “tanah dengan pantai yang dingin”. Tombak awal sejarah Svalbard pada awal abad 20 adalah saat gencar-gencarnya para manusia melakukan ekspedisi dan eksplorasi pada wilayah kutub. Enam tahun awal abad kedua puluh atau 1906 ditandai sebagai awal dimulainya populasi yang sekaligus menjadi penamaan kota terkenal di wilayah Svalbard. Seorang pengusaha batu bara Amerika tiba dan menetap di sana. Beliau membentuk koloni kecil yang kemudian berkembang menjadi sebuah kota. John M. Longyear merupakan sebab penamaan kota “Longyearbyen” yang berarti “Longyear city”, kota Pak Longyear.

Svalbard sempat menjadi rebutan beberapa negara dekat Kutub Utara, pemicunya adalah karena lokasi kepulauan tersebut yang lumayan jauh dari negara-negara tetangganya dan sejarah awal siapa yang pertama kali menduduki Svalbard. Setelah beberapa perundingan, alhasil sampai sekarang, Norwegia menjadi pemilik sah kepulauan Svalbard. 

Penduduk lokal Svalbard tidak hanya terdiri dari warga asli Norwegia. Daerah tersebut juga menampung penduduk dari 50 nasionalitas di seluruh dunia, termasuk negara-negara wilayah Asia Tenggara. Bicara mengenai hal tersebut, Kak Julia adalah salah satu dari mereka. Beliau adalah satu-satunya warga Indonesia yang menetap di Svalbard!

Kak Julia sebenarnya datang ke Norwegia untuk melanjutkan studinya di universitas lokal negara tersebut. Lantas, atas tuntutan karir, Kak Julia dan keluarga kecilnya pun tinggal di Svalbard.

Tinggal di Svalbard adalah sebuah pengalaman yang sungguh langka dan menarik untuk dikenang seumur hidup! Bagaimana tidak? Matahari musim panas atau yang biasa dikenal dengan midnight sun bersinar selama 24 jam dan sebaliknya pada musim dingin, tidak peduli apakah siang atau malam, sepanjang hari adalah gelap gulita. Tidak hanya soal kemunculan matahari yang suka muncul dan tiba-tiba ghosting, kemunculan beruang kutub disini juga seperti kucing liar jalanan! Bedanya, ketika bertemu, kamu tidak bisa semata-mata berkata “sssshhh ssssh” untuk mengusirnya. Melainkan, senapan sebaiknya wajib tergenggam. Karena beruang kutub dapat menyergap dan merenggut nyawamu dalam sewaktu-waktu. Namun, menembak beruang kutub merupakan tindakan yang tidak berperikehewanan dan tentunya melanggar hukum. Karena, beruang kutub termasuk hewan yang dilindungi di Norwegia. Lantas, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah menghubungi pihak berwajib yang khusus menangani beruang kutub. Tindakan reguler yang dilakukan biasanya membius si beruang kutub, lalu menempatkan mereka di tempat yang aman, jauh dari jangkauan manusia.

Kak Julia bercerita bahwa dalam setahun terakhir, ada seorang penduduk berkebangsaan Belanda yang tewas diserang oleh beruang kutub saat sedang berkemah di dalam tenda. Menyeramkan bukan?

Selain fenomena matahari dan beruang kutub, ada beberapa hal anti mainstream lain yang sayang untuk dilewatkan. Aurora Borealis yang biasanya kalian pandangi hanya melalui fotografi National Geographic dan video klip musik indie – bisa kalian lihat secara nyata jika kalian berkunjung ke Svalbard! Komplit dengan pemandangan indah terdiri dari daratan hingga perairan berselimut salju dan gletser, serta cuaca yang dingin dan sejuk, sangat direkomendasikan untuk kalian yang penat dengan hiruk pikuk kota.

Oh iya, apakah kalian siap dengan hari kiamat? 

Siap tidak siap, Svalbard telah menyimpan ratusan ribu benih tanaman dari seluruh dunia. Mereka tersusun rapi di dalam bilik-bilik gedung Svalbard Seed Vault. Desas-desus kabar tentang kemisteriusan gedung ini memang nyata benar adanya. Kak Julia yang merupakan warga lokal pun hanya bisa memandangi gedung ini dari luar saja. Ada satu kabar dari berita lokal yang mengatakan bahwa semenjak pemanasan global kian meningkat, memanasnya temperatur menyebabkan Seed Vault kerap mengalami masalah kebanjiran dari es yang mencair. Akan tetapi hal ini telah teratasi dengan adanya pembangunan atau perbaikan gedungnya.

Makanan di Svalbard itu ada apa aja sih?

Sesuai fakta bahwa Svalbard memuat kurang lebih dua ribu penduduk dari beberapa etnis di seluruh dunia, makanan di sini pun bervariasi. Kak Julia bertutur bahwa di sini tidak hanya makanan orang barat saja, namun sushi hingga makanan khas Thailand pun tersedia. Soal harga, makanan di sini relatif mahal karena bahan-bahan harus diimpor dari kawasan utama Norwegia. Belum lagi supermarket yang hanya berjumlah satu dan kerap kali memonopoli harga pasar.

Karena tersedianya berbagai macam makanan dan keadaan alamnya yang anti mainstream, bisa dikatakan bahwa Svalbard adalah one stop solution buat kamu yang bosan dengan wisata luar negeri yang itu-itu saja. Selain dapat menghayati alamnya yang luar biasa indah, di sini para wisatawan juga bisa bermain kayak, memancing di danau es, mengunjungi gua es, menaiki kereta yang ditarik anjing, hiking, ski, menyetir snowmobile di musim dingin, dan masih banyak lagi.

Tidak hanya menjadi destinasi wisata. Svalbard juga bisa menjadi pilihan tempat tinggal yang nyaman, jauh dari keramaian dan dekat dengan alam. Di sini tersedia beberapa sekolah dari taman kanak-kanak hingga universitas. FYI, entahlah ini kabar baik atau kabar buruk, tidak ada mall di Svalbard.

Svalbard memang surga, khususnya untuk para pecinta alam dan mereka yang ingin menginjakkan kaki di tempat yang benar-benar baru. Sobat KP, apakah ada angan terlintas untuk segera terbang ke Norwegia dan berkunjung ke Svalbard?

Referensi

Kak Julia (Narasumber)