Studi Lanjutan di Hongaria Bersama Keluarga di Masa Pandemi

Hongaria, atau yang lebih umum dikenal dengan sebutan Hungary, adalah salah satu negara di tengah kawasan Eropa yang memiliki beragam keunikan, seperti banyak terdapat kota-kota yang cantik, dihiasi dengan bangunan-bangunan bersejarah, serta bersentuhan arsitektur yang menarik. Selain keunikan-keunikan yang dimiliki tersebut, negara ini juga menjadi destinasi studi lanjutan favorit bagi orang-orang dari banyak negara, termasuk Indonesia, karena memiliki mutu pendidikan yang sangat baik.

Nah, kali ini Kamar Pelajar berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan salah seorang mahasiswa yang kini sedang menempuh program doktoral di Hungary. Budi Setiawan, atau yang akrab disapa Kak Budi, adalah seorang PhD student di Hungarian University of Agriculture and Life Sciences pada program Economic and Regional Science di Hungary. Selain sebagai doctoral student di Hungary, Kak Budi juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Indo Global Mandiri (UIGM) dan Co-founder dari Victory Sriwijaya Education yang berlokasi di Palembang, Sumatera Selatan.

Bagaimana Kak Budi bisa sampai di Hungary?

Saya tiba di Hungary karena mendapat beasiswa dari pemerintah Hungary melalui program Stipendium Hungaricum (SH) tahun 2020. Sebelumnya saya memang berkeinginan untuk lanjut studi di luar negeri. Saya mulai mencoba apply beasiswa ke luar negeri sejak awal berprofesi sebagai dosen, yaitu tahun 2017. Namun seperti yang kita ketahui, tidak ada usaha yang instan, saya beberapa kali mencoba apply beasiswa tetapi belum berhasil. Sampai akhirnya saya coba apply beasiswa SH tahun 2020 dan saya dinyatakan lulus. Ini merupakan ikhtiar saya yang kedua untuk melamar beasiswa SH. Saya sempat gagal pada seleksi beasiswa SH tahun 2019 karena belum direkomendasikan oleh sending partner dari Indonesia. 

Seperti apa studi S3 di Hungary?

Studi S3 di Hungary berbasis course work, artinya mahasiswa program doktoral akan mengikuti kelas selama beberapa semester. Misalnya, di kampus tempat saya kuliah, mahasiswa PhD diwajibkan untuk mengikuti kuliah selama 3 semester dan setelah itu akan dilanjutkan dengan complex exam. Complex exam ini akan menentukan apakan seorang mahasiswa PhD bisa melanjutkan pada tahap penulisan disertasi atau tidak. Jika mahasiswa dinyatakan lulus, maka ia berhak untuk melanjutkan penulisan disertasi, tapi jika dinyatakan gagal dalam proses complex exam, maka mahasiswa tersebut tidak bisa melanjutkan studi S3nya. 

Selain itu, mahasiswa S3 juga diberi tanggung jawab untuk menulis dan melakukan publikasi karya ilmiah selama menempuh studi. Masing-masing universitas di Hungary memiliki aturan berbeda terkait publikasi ilmiah. Sebagai contoh, mahasiswa program studi Economic and Regional Science di Hungarian University of Agriculture and Life Science disyaratkan untuk melakukan publikasi ilmiah sebanyak 2 artikel di jurnal bereputasi (Scopus Q1 dan Q2) atau 4 artikel di jurnal internasional. Dalam proses penulisan karya ilmiah, mahasiswa akan dibimbing oleh supervisor dan diperbolehkan untuk melakukan kolaborasi dengan akademisi atau praktisi dari manapun, sehingga ini akan sangat membantu dalam proses penulisan dan penerbitan karya ilmiah. Kesempatan ini saya optimalkan dengan mengajak kolaborasi beberapa teman di Indonesia untuk melakukan penelitian bersama. Selain itu, beberapa kampus juga memberikan bantuan pendanaan untuk biaya publikasi karya ilmiah, khususnya untuk artikel yang bisa terbit di jurnal terindeks Scopus Q1 atau Q2.

Apa saja suka dan duka ketika menempuh studi di Hungary?

(+) Hungary terletak di tengah kawasan benua Eropa, jadi lebih banyak pilihan destinasi wisata jika berkeinginan untuk travelling, dan letak Hungary yang strategis juga memudahkan kita ketika ingin mengikuti conference di berbagai negara di Eropa. Selain itu, biaya hidup di Hungary relatif lebih terjangkau dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya.

(+) Saya juga merasakan manfaat dari sistem pendidikan di Hungary, khususnya pendidikan anak. Saat ini anak saya yang berusia 4 tahun sudah bisa ikut belajar di elementary school secara gratis. 

(-) Rasa rindu dengan kampung halaman di Indonesia seringkali hadir. Tetapi ini bisa kita atasi dengan silaturahmi dengan teman-teman Indonesia yang ada di Hungary.

Kegiatan lain selain studi di Hungary?

Selain studi di Hungary, saya juga bergabung dengan PPI Hungary. Saya juga aktif bersosialisasi dengan teman-teman internasional yang lain.

Pengalaman berkesan Kak Budi selama di Hungary?

Saya sangat terkesan dengan sistem transportasi di Hungary. Selain konektivitas antar moda, ketepatan waktu juga menjadi prioritas. Hal ini sangat memudahkan mobilitas masyarakat. Selain itu, saya juga pernah memiliki pengalaman negatif dalam proses menyewa tempat tinggal (flat) di Budapest. Saya pernah kena tipu ketika mencari sewa apartemen untuk pertama kalinya. Jadi saya sudah membayar uang depositnya yang berjumlah sekian ratus ribu Hungarian Forin, tetapi ternyata si penyewa apartemen merupakan seorang penipu. Modus penipuan ini dilakukan dengan cara mereka menyewa flat tersebut beberapa hari. Sepertinya aksi penipuan ini sering dilakukan dengan target pendatang dari luar Hungary.

Mungkin ini juga bisa menjadi pelajaran bagi teman-teman yang sedang studi atau yang hanya sekadar berwisata ke luar negeri, yang ingin menyewa apartemen atau flat di luar negeri. Pastikan dengan baik kalau si penyewanya merupakan orang yang bisa dipercaya, maksudnya orang tersebut adalah pemilik atau orang yang benar-benar menjadi perwakilan dari pemilik apartemen / flat yang disewakan itu. Jangan sampai dia bukan orang yang benar-benar memiliki unit apartemen tersebut, jadi dia hanya menyewa beberapa hari tetapi asal menyewakan unit apartemen tersebut ke orang lain.

Selain studi di Hungary, Kak Budi juga berprofesi sebagai pengajar di UIGM. Apakah saat ini masih aktif mengajar?

Saat ini saya tidak aktif mengajar karena sedang dalam masa tugas belajar. Setahu saya, tugas belajar ini dipengaruhi oleh jarak dimana tempat seorang dosen mengambil pendidikan lanjutannya. Misalnya saya mengajar di UIGM Palembang, lalu menempuh studi doktoral di Hungary. Jarak antara Palembang-Hungary tentu jauh. Oleh karena itu, saya disarankan untuk mengambil tugas belajar. Sebenarnya dalam tugas belajar ini, saya tidak memiliki kewajiban untuk mengajar, meneliti, dan melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (Tridharma Perguruan Tinggi), sehingga untuk saat ini saya tidak aktif mengajar di kampus. Akan tetapi, saya berusaha untuk tetap aktif dalam melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat. Apalagi, kemajuan teknologi memungkinkan kita untuk bisa melakukan pengabdian masyarakat dari manapun.

Kak Budi membawa keluarga ke Hungary, bagaimana perjalanannya? 

Keluarga saya menyusul ke Budapest bulan Desember 2020, atau sekitar 4 bulan setelah saya tiba di Hungary. Ada beberapa proses yang perlu dipersiapkan untuk membawa keluarga, diantaranya yaitu kita harus melengkapi persyaratan dokumen family reunification. Semua informasi tersebut tersedia di situs resmi kantor imigrasi Hungary, http://www.bmbah.hu/, bisa dilihat bagi teman-teman yang ingin membawa keluarga. Selain melengkapi dokumen family reunification, karena saat ini masih dalam kondisi pandemi, maka syarat-syarat protokol kesehatan dalam perjalanan internasional juga harus dipenuhi, misalnya melampirkan hasil tes negatif PCR dan melakukan karantina setibanya di Hungary. 

Bagi teman-teman yang ingin mengurus family reunification ke Hungary, disarankan untuk terus memperbarui informasi dari situs resmi yang terlampir, karena informasi terkait pengurusan family reunification di Hungary relatif sering berubah, khususnya saat terjadi pandemi saat ini.

Bagaimana Kak Budi sekeluarga menemukan titik nyaman ketika pindah ke Hungary, terlebih di masa awal adaptasi disana?

Setiap manusia pasti mengalami masa transisi, terlebih ketika harus pindah ke negara lain. Kesulitan dalam beradaptasi tentu ada, terlebih di masa awal pindah ke Hungary, tapi overall untuk orang dewasa seperti saya dan istri relatif lebih cepat beradaptasi. Kesulitan dalam beradaptasi sejauh ini lebih dialami oleh anak saya, yang sekarang juga menempuh pendidikan TK di Hungary. Perbedaan budaya dan bahasa menjadi hal yang agak menyulitkan bagi anak saya, terlebih di usianya yg masih kecil. Namun hal itu juga tidak berlangsung lama, karena sekarang anak saya sudah bisa beradaptasi, berbaur dengan teman-temannya di sekolah, serta berdamai dengan beragam budaya di Hungary.

Kak Budi berangkat studi ke Hungary di masa pandemi, bagaimana situasi pandemi di Hungary? Adakah perbedaan kebijakan masa pandemi antara di Hungary dengan di Indonesia?

Situasi pandemi di Hungary saat ini sudah bisa dikontrol dan masyarakat sudah tidak diwajibkan memakai masker di ruang publik kecuali di tempat-tempat tertentu, seperti rumah sakit. Saya melihat bahwa ini bisa terjadi karena implementasi dari penerapan aturan protokol kesehatan dan tingkat vaksinasi yang tinggi. Mematuhi protokol kesehatan, kecukupan akan supply vaksin dan kesadaran masyarakat untuk melakukan vaksinasi mungkin bisa menjadi game changer dalam menghadapi pandemi Covid-19. 

Secara teknis, Indonesia dan Hungary menerapkan kebijakan yang relatif sama dalam menghadapi pandemi, seperti lockdown, pembatasan jam operasional dan lain-lain. Mungkin setahu saya, hal yang mungkin perlu dipelajari dari kebijakan pemerintah Hungary dalam mengatasi pandemi adalah dengan meminimalisir kontak langsung antara anak muda dan orang tua. Hal ini diimplementasikan dengan cara menerapkan pemisahan waktu dalam melakukan aktivitas, misalnya orang tua disarankan melakukan belanja ke groseri mulai pukul 8 sampai dengan pukul 11 pagi, setelah itu orang yang lebih muda bisa melakukan aktivitas di atas jam 11.

Apa rencana Kak Budi setelah selesai menempuh masa studi di Hungary?

Setelah selesai menempuh studi doktoral di Hungary, saya tentu akan pulang ke Indonesia dan mengabdi di kampus UIGM sebagai dosen. Selain itu, saya juga akan mencoba mencari peluang beasiswa untuk ikut program post-doctoral.

Tips dari Kak Budi untuk teman-teman yang ingin lanjut studi, baik ke Hungary maupun ke negara lain?

Jika teman-teman ingin lanjut studi ke luar negeri, persiapkan terlebih dahulu syarat-syarat yang dibutuhkan. Mulai dari yang paling dasar, seperti meningkatkan kemampuan bahasa pengantar tempat tujuan studi, dan seterusnya. Satu hal yang paling penting, jangan menyerah! Jarang sekali orang-orang yang apply beasiswa ke luar negeri bisa langsung berhasil dalam percobaan pertama. Jangan takut gagal, justru dari sejumlah kegagalan yang terjadi, kita bisa belajar banyak untuk mempersiapkan rencana studi kita dengan lebih baik lagi. 

Selain itu, jangan sungkan-sungkan untuk menghubungi orang yang sudah lebih dulu belajar di luar negeri, terutama di kampus yang kalian tuju. Biasanya mereka memiliki informasi dan pengalaman langsung selama proses persiapan dan studi di kampus tersebut.

Khusus untuk teman-teman yang mungkin akan melanjutkan studi S3nya ke luar negeri, cobalah sebisa mungkin untuk memiliki portofolio penelitian. Meskipun ini bukan syarat wajib, tetapi pengalaman meneliti dan publikasi ilmiah menjadi salah satu poin penting untuk bisa menyelesaikan studi di jenjang doktoral, terlebih lagi di negara seperti Hungary.

Akhir kata, semoga impian teman-teman yang ingin lanjut studi di luar negeri bisa segera terlaksana, ya!