Varian Omicron Merebak di Berbagai Belahan Dunia, Bagaimana Dampaknya Terhadap Sektor Pariwisata?

Sobat KP, seperti yang kalian tahu, bahwa belakangan ini virus corona varian Omicron sedang menjadi perbincangan hangat di sekitar kita. Tentu saja ini merupakan kabar buruk bagi kita semua, mengingat masa pandemi Covid-19 yang sejak 2 tahun silam menjangkiti berbagai belahan dunia masih belum dinyatakan selesai hingga kini, sekarang malah ada varian terbarunya lagi. Sering sekali terbersit dalam pikiran, “Kapan sih pandemi ini akan berakhir?”

Berbicara soal varian Omicron, kurang lengkap rasanya jika kita tidak mengetahui varian jenis ini secara lebih detail. Lalu, bagaimana dampaknya terhadap sektor pariwisata? Perlukah kita was-was terhadap munculnya varian Omicron? Melalui artikel ini, mari kita bahas bersama-sama!

Sekilas Tentang Virus Corona Varian Omicron

Virus Corona varian Omicron, atau yang disebut juga oleh World Health Organization (WHO) sebagai varian B.1.1.529, merupakan virus corona varian terbaru yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada tanggal 24 November 2021. Tak lama setelah itu, virus varian ini pun juga terdeteksi di beberapa negara lain di dunia. Virus varian ini terdeteksi di Indonesia untuk pertama kalinya pada tanggal 16 Desember 2021. 

Dilansir dari Kementerian Kesehatan RI, kasus pertama di Indonesia terkait virus varian ini terdeteksi pada seseorang berinisial N, yang diketahui berprofesi sebagai seorang petugas kebersihan di RSDC Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. Ketika dimintai keterangan, diketahui bahwa N sama sekali tidak pernah melakukan perjalanan ke luar negeri sehingga dapat disimpulkan bahwa N tertular dari orang lain dari luar negeri yang menjalani karantinanya di Wisma Atlet. Setelah dirunut ke belakang, terdapat satu orang yang kemungkinan besar index case (kasus pertama) Omicron, yakni WNI berinisial TF berusia 21 tahun, yang tiba dari Nigeria pada tanggal 27 November 2021.

Hingga artikel ini ditulis, setidaknya sudah terdapat 11 orang di Indonesia yang terdeteksi sebagai probable terjangkit virus varian ini. Di lain sisi, virus corona varian Omicron juga telah menjangkiti sebanyak 77 negara di dunia. Para peneliti kesehatan di dunia bahkan memprediksi bahwa virus varian ini akan segera menggantikan varian Delta karena dinilai begitu cepat dalam menularkan virus.

Sebaran dan Gejala Varian Omicron 

Virus corona varian Omicron ini disebut-sebut sebagai salah satu varian yang sangat cepat dalam menularkan virus. Menurut WHO, varian ini memiliki sejumlah mutasi dalam jumlah besar, dan beberapa di antaranya dinyatakan mengkhawatirkan. Akibatnya, varian Omicron ditetapkan sebagai Variant of Concern (VOC), yang berarti varian virus corona yang menyebabkan peningkatan penularan, kematian, bahkan dapat mempengaruhi efektivitas vaksin. Sebelumnya, WHO juga sudah menetapkan varian-varian virus corona terdahulu sebagai VOC, seperti Alpha, Beta, Gamma, dan Delta.

Secara umum, apabila seseorang terinfeksi varian Omicron, gejalanya tidak jauh berbeda dengan varian Covid-19 pada umumnya. Contohnya ia akan mengalami demam, sakit kepala, batuk, dan kehilangan kemampuan penciuman atau perasa. Namun, sejumlah laporan mengatakan bahwa orang-orang yang terinfeksi varian Omicron cenderung menunjukkan gejala-gejala lain seperti kelelahan, sakit tenggorokan, dan nyeri pada tubuh.

Dampak Varian Omicron Terhadap Sektor Pariwisata

Munculnya virus varian ini tentu mendatangkan pengaruh pada tiap sektor, tak terkecuali sektor pariwisata, yang hingga kini masih dalam tahap pemulihan karena sektor ini adalah salah satu sektor yang paling parah terdampaknya. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Uno, dikutip dari harian Tempo.co, mengatakan bahwa kehadiran varian terbaru virus corona ini di berbagai belahan dunia lagi-lagi akan berimbas terhadap sektor usaha pariwisata. Dampak ini akan dirasakan baik bagi pergerakan wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. 

Berkaca pada masuknya virus corona varian Delta pada bulan Juli lalu di Indonesia, sektor pariwisata di Indonesia mengalami pukulan yang besar dan begitu terasa akibat kasus Covid-19 yang meningkat tajam pada saat itu. Karena peningkatan angka kasus yang begitu tajam, keadaan pada sektor pariwisata menjadi kompleks dan kegiatan masyarakat dibatasi dalam skala besar. Keadaan semacam ini tentu terjadi juga di berbagai belahan dunia. Berbagai wilayah di seluruh dunia juga menerapkan pembatasan-pembatasan berskala besar sebagai imbas dari merebaknya virus corona varian Omicron ini.

Di benua Eropa misalnya, pemulihan sektor pariwisata yang tengah mencoba menggeliat setelah melalui masa-masa buruknya akibat Covid-19 2 tahun belakangan diperkirakan akan tertunda. Hal ini bisa saja terjadi setelah European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) memperingatkan bahwa virus corona varian Omicron akan menjadi dominan di Eropa pada awal tahun 2022. Dalam pernyataannya, dikutip dari harian Kompas.com, ECDC mengatakan bahwa meskipun para ahli masih belum punya cukup data mengenai tingkat keparahan Omicron, kecepatan penularan bisa merusak upaya pemulihan yang sedang dicoba untuk dilakukan di seluruh dunia. 

Meskipun mayoritas negara di Eropa memberlakukan pembatasan yang ketat sebagai imbas terdeteksinya varian Omicron, hal ini tidak berlaku bagi beberapa negara lainnya di Eropa. Salah satu contohnya adalah Bosnia, yang hingga kini lebih longgar dalam melakukan penerapan aturan serta protokol kesehatan di kawasan wisatanya. Dikutip dari harian Kompas.com, hingga kini masih banyak orang yang menikmati wisata ski di area Pegunungan Joharina dan Bjelašnica, di dekat Sarajevo. Antriannya bahkan sampai panjang dan mengular meskipun kapasitas dan aksesnya diperketat. 

Untuk masuk ke negara Bosnia, wisatawan hanya diminta menunjukkan hasil tes PCR negatif serta bukti vaksinasi lengkap. Warga negara Kroasia, Serbia, dan Montenegro dikecualikan dari penerapan aturan ini. Setelah masuk wilayah Bosnia, para wisatawan cenderung sangat bebas. Mereka tidak diminta untuk menunjukkan bukti apapun ketika mengakses ruang publik, bahkan perintah mengenakan masker juga tidak diterapkan dengan ketat. Keadaan ini masih terjadi hingga kini di Bosnia, setidaknya sampai artikel ini selesai ditulis.

Varian Omicron Merebak, Perlukah Kita Was-was?

Sebagai manusia, tentu kita perlu menjaga kesehatan diri kita terlebih di masa-masa pandemi seperti sekarang ini. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa virus corona varian Omicron ini semakin meluas di berbagai belahan dunia. Namun, perlukah kita was-was terhadap merebaknya virus corona varian ini?

Sebenarnya, kita tidak perlu merasa was-was secara berlebihan, karena secara umum virus varian ini bisa dikendalikan jika kita mematuhi penerapan aturan terkait masa pandemi dengan baik serta memperketat penerapan protokol kesehatan, setidaknya untuk sekarang ini. Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmidzi, M.Epid., mengatakan bahwa terdeteksinya kasus Omicron di Indonesia merupakan salah satu fungsi utama dari karantina bagi setiap orang dari luar negeri yang masuk ke negara Indonesia. Melalui karantina, pelaku perjalanan dari luar negeri akan dipantau serta diobservasi oleh petugas kesehatan sehingga orang yang didapati positif terinfeksi Covid-19 dapat segera dilakukan tracing serta dapat langsung ditangani oleh petugas medis.

Di sisi lain, Komisioner Kesehatan Eropa, Stella Kyriakides, mengatakan bahwa untuk menghadapi varian Omicron, negara-negara Uni Eropa harus bisa mengantisipasinya dengan cara meningkatkan peningkatan kapasitas pada setiap fasilitas kesehatan. Ia juga meyakini bahwa vaksinasi lengkap dengan ditambah suntikan vaksinasi booster bisa memecah gelombang infeksi baru akibat Omicron karena perlindungan ekstra yang diberikan dari suntikan vaksinasi booster tersebut.

Pada akhirnya, kita bisa memperketat protokol kesehatan dalam hidup kita, seperti menjaga kebersihan, meningkatkan imun tubuh, menjaga jarak, mendapatkan vaksinasi yang lengkap bagi yang belum divaksin, serta sebisa mungkin tidak bepergian jika tidak perlu. Tidak hanya bergantung pada penemuan medis saja, kita sebagai masyarakat biasa juga bisa melakukan perubahan pola hidup ke pola hidup yang sehat agar tidak turut terjangkit virus ini. Patuh terhadap penerapan aturan yang berlaku juga dapat menjadi kunci pengendalian virus varian ini. Melakukan karantina misalnya, dengan melakukan ini maka laju virus bisa ditekan, terlebih bagi mereka yang baru tiba dari luar negeri agar virus yang ada pada dirinya tidak semakin menyebar.

Akhir kata, semoga penyebaran virus varian Omicron bisa segera mereda, syukur-syukur pandemi dapat lekas berakhir, ya! Jangan lupa untuk senantiasa menjaga kesehatan serta memperketat protokol kesehatan di kehidupan sehari-hari. Jika tidak benar-benar diperlukan, tunda dulu keinginan Sobat KP untuk bepergian agar penyebaran virus tidak menjadi semakin masif. Salam sehat!

Referensi:

European Centre for Disease and Control. “COVID-19: Situation Update”. https://www.ecdc.europa.eu/en/covid-19 

Kementerian Kesehatan RI. “Kasus Pertama Omicron di Indonesia Diduga dari WNI yang Datang dari Nigeria”. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20211219/5339013/kasus-pertama-omicron-di-indonesia-diduga-dari-wni-yang-datang-dari-nigeria/ 

Kompas. “Omicron Tunda Geliat Pariwisata Dunia”. https://www.kompas.id/baca/internasional/2021/12/17/omicron-tunda-geliat-pariwisata-dunia 

Tempo. “Sandiaga Bicara Soal Dampak Omicron ke Pariwisata”. https://bisnis.tempo.co/read/1533771/sandiaga-bicara-soal-dampak-omicron-ke-pariwisata 

World Health Organization. “Update on Omicron”. https://www.who.int/news/item/28-11-2021-update-on-omicron