“Seru banget tinggal di Hungaria. Budayanya masih kental. Bahasanya juga unik dan nggak ada saudara serumpun.”
Kali ini kita mau bahas cerita menarik dari salah satu teman kita yang pernah ikut pertukaran mahasiswa di Hungaria. Kalian tahu Hungaria, kan? Negara dengan ibu kota Budapest yang terletak di Eropa Tengah ini, merupakan salah satu negara yang terkenal memiliki tingkat kriminalitas rendah. Pun masyhur dengan rendahnya biaya hidup dan biaya pendidikan, menjadikan Hungaria sebagai salah satu negara destinasi kuliah favorit.
Sebelum ke cerita, yuk kenalan sama orang yang akan kita bahas di tulisan ini. Siapa sih dia? Namanya Geralda Grevi Nanda Nisa, yang akrab disapa Geral. Geral merupakan seorang mahasiswa Hubungan Internasional di salah satu Universitas di Malang. Sekarang Geral lagi kuliah di tahun ke-4.
Kok bisa sampai Hungaria?
Seperti yang sudah kita singgung di atas, Geral bisa sampai Hungaria karena mengikuti program pertukaran mahasiswa, lebih tepatnya program IISMA. “Apa sih IISMA? Kayanya aku baru denger, deh.” IISMA adalah singkatan dari Indonesian International Student Mobility Awards, program pertukaran mahasiswa yang diadakan oleh Kemendikbud Ristek. Nggak hanya Hungaria, tapi juga ke beberapa negara lain. Akan tetapi, kebetulan Geral memilih Hungaria. Pada saat berada di Hungaria, Geral belajar di Pecs University.
Kenapa kok dulu memilih Hungaria (dan Pecs University)?
“Aku sih nggak begitu country oriented. Waktu itu mikirnya pokoknya di Eropa aja deh,” katanya saat ditanya mengenai alasannya kenapa memilih Hungaria. Selain alasan tersebut, Geral juga mengungkapkan bahwa ia ingin belajar bidang di luar apa yang sudah dia pelajari selama ini. “Aku mau explore bidang lain, selain HI (Hubungan Internasional), dan kebetulan Pecs (University) menawarkan subjek yang aku mau, jadi ya sudah deh. Akhirnya aku ke sana.”
Apa sih yang buat kamu tertarik dengan Hungaria?
“Budaya (di) Hungaria bikin jatuh cinta sih. Menurut aku, negara Eropa Tengah sama (Eropa) Timur, kebudayaannya lebih kental daripada (negara-negara) di Eropa Barat,” tutur Geral.
Sejalan dengan apa yang disampaikan Geral, Hungaria memang terkenal kaya budaya. Ada banyak festival dan tradisi yang diselenggarakan dan dirayakan di sana. Seperti tradisi menghias telur saat Paskah dan memberi sekotak coklat sebagai hadiah pada saat Natal. Untuk yang terakhir, meskipun nggak merayakan Natal, Geral juga sempat dapat coklat dari teman sekelasnya.
Nggak heran kalau budaya di sana masih kental. Orang Hungaria konon terkenal sangat artistik. Mereka punya minat tinggi terhadap sastra, musik, opera, seni, dll. Mereka terkenal sangat ‘melestarikan’ budaya lokal. Di beberapa titik, ada tempat-tempat yang menjual baju tradisional Hungaria. Bahkan Geral kemarin juga sempat beli untuk adiknya.
Nggak cuma soal budaya, secara bahasa pun, Hungaria juga punya Bahasa yang unik. “Bahasa Hungaria tuh nggak ada saudara serumpunnya. Makanya kelihatan unik, tapi di waktu bersamaan juga lumayan challenging untuk dipelajari,” ucap Geral.
Bagaimana rasanya hidup sebagai minoritas yang berhijab di Hungaria?
Tanpa bermaksud menyinggung Suku, Agama, dan Ras ya teman-teman, kita nggak bisa pungkiri kalau terkadang hidup sebagai minoritas memang nggak mudah. Akan tetapi, Geral tidak mengalami perasaan tersebut sewaktu ada di Hungaria.
“Aku nggak pernah mengalami hal yang nggak enak sih. Pun nggak merasa gimana-gimana. Alhamdulillah,” katanya. Bahkan Geral bertutur bahwa dia sering jalan sendiri pada saat malam, dan nggak terjadi apa-apa. Penuturan Geral tersebut sesuai dengan fakta bahwa Hungaria merupakan salah satu negara yang paling aman kan, teman-teman?
“Mungkin pas waktu di transportasi atau tempat umum kadang ada orang yang lihat aku, terutama yang sudah berumur. Terus sekali dua kali ada yang bilang Assalamualaikum sambil senyum gitu, tapi aku anggap mereka memang mau sapa aku aja sih,” tambahnya.
Pengalaman yang nggak terlupakan.
Kalau dari tadi kita ngomongin seputar Geral dan kultur di Hungaria, ini saatnya kita bahas pengalaman berwisata Geral. “Aku pernah kena scam waktu di Paris,” ucapnya saat ditanya mengenai pengalaman jalan-jalannya.
“Aku waktu itu ke Paris lewat jalur darat dan turun di bus stop pinggir kota. Terus posisi aku mau ke penginapan, carilah stasiun terdekat.”
“Kalau kita mau naik kereta di sana itu ada zona-zonanya, dari 1-5. Aku sama temen-temen masih berusaha buat memahami itu. Harga tiap zona soalnya kan juga beda-beda. (Selain itu ada bermacam-macam jenis tiket). Ada yang untuk 24 jam, 2 hari, one one way ticket.”
Singkat cerita, saat di sana, Geral menyebutkan bahwa tiba-tiba dia didatangi salah satu petugas kereta di stasiun dan ‘si mbak’ menawarkan bantuan. Dia nggak berpikir apa-apa, karena sangat normal orang didatangi petugas stasiun pas terlihat butuh bantuan (dan biasa selalu dibantu beneran).
Nggak berpikir panjang, Geral pun menerima bantuan itu dan naik ke kereta. “Pas mau turun, aku kaget kok nggak bisa turun. Ternyata aku baru tahu kalau itu tiket one way, dan hanya bisa untuk zona tertentu, bukan all in untuk semua zona kaya yang dibilang orang itu tadi. Penginapan kami udah beda zona dan nggak tercover tiket itu, makanya nggak bisa turun.” Yang lebih ‘greget’ lagi, tiket itu harusnya seharga 2 EUR, tapi Geral dan teman-teman harus membayar 35 EUR. Ngeselin banget, ya.
Nah, itu tadi cerita dari Geral. Bagaimana ceritanya kalau menurut kalian? Menarik apa menegangkan nih? Oh iya, aku mau mengingatkan teman-teman untuk selalu berhati-hati, pada saat jalan-jalan. Jangan sampai pengalaman Geral kena scam terulang di kalian.
Dan selain itu, aku juga mau kasih reminder ke kalian tentang satu hal lagi. Untuk kalian yang lagi butuh penginapan murah, bisa banget lho kunjungi situs https://kamarpelajar.id/kamar. Dijamin aman dan nggak akan ada scam.
Sesuai slogan kami, kalian akan mendapatkan penginapan yang hemat (sesuai anggaran), nyaman, dan yang paling penting, kalian akan tambah teman (mendapatkan relasi baru).
Sampai jumpa di pembahasan selanjutnya. Selamat Ramadhan bagi teman-teman yang menjalankan.