Halo Sobat KP!
Seperti biasa, pembahasan kita kali ini masih seputar Dunia Pariwisata, tetapi karena bertepatan dengan bulan Ramadhan, kita akan bahas hal yang berkaitan dengan wisata religi.
Apa sih itu? Kalau kita berbicara tentang wisata religi, sebenarnya bukanlah sebuah fenomena baru. Ini adalah perjalanan yang bermotivasi agama atau spiritual, populer dalam beberapa dekade terakhir dan menempati segmen penting dari pariwisata internasional. Biasa orang melakukannya untuk mencari pengalaman dan menambah value hidup mereka (Kreiner, Wall, Geoffrey 2015).
Dalam jurnalnya, Olsen dan Timothy (2006), menyatakan kalau agama sudah menjadi motif seseorang untuk melakukan perjalanan sejak lama. Hal ini ketahuan dari jumlah wisatawan. Setiap tahunnya, sekitar 240 juta orang pergi berziarah. Mayoritas adalah umat Kristen, Islam, dan Hindu.
Lalu bagaimana sih sebenarnya wisata religi dipandang dari sudut pandang agama? Yuk kita bahas dari sudut pandang beberapa agama (yang diakui di Indonesia).
- Islam.
Agama Islam dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, seorang manusia mulia yang lahir pada tahun 570 Masehi. Dikisahkan bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang suka belajar dan penasaran akan penyembahan berhala yang menjadi ciri agama lokal. Beliau pun diangkat menjadi Rasul pada tahun 610 Masehi, di usianya yang ke-40 (Timothy dan Iverson 2006).
Islam sendiri banyak mengenal tradisi ziarah. Menurut Timothy dan Iverson (2006), seorang Muslim adalah pelancong yang rajin. Bahkan beberapa Muslim menganggap kalau diri mereka lebih dekat dengan Tuhan ketika mereka bepergian, dan percaya doa mereka lebih efektif saat bepergian daripada ketika berdiam diri di kediaman mereka.
‘Destinasi’ Wisata Religi dalam Islam.
- Mekah dan Madinah.
Dalam Rukun Islam yang ke-5, disebutkan, “Haji bila mampu.” Lalu apa hubungannya dengan Mekah dan Madinah? Karena keseluruhan rukun Haji dilakukan di Mekah dan Madinah. Bahkan saking bermaknanya tradisi ini, kalian tau nggak sih kalau menurut Kementerian Agama, masa tunggu haji bisa sampai berpuluh-puluh tahun.
Bukan hanya Haji, umat Islam juga familiar dengan umroh. Akan tetapi, Umroh bukan hal wajib, seperti Haji. Ritualnya hampir sama dengan Haji, bertempat di Mekah dan Madinah juga, tetapi ada beberapa Rukun Haji yang tidak dilakukan dalam Umroh.
- Masjid.
Kata Timothy dan Iverson (2006) dalam jurnalnya, nggak hanya Mekah dan Madinah, umat Islam juga suka mengunjungi destinasi lain, yaitu masjid. Terutama masjid yang memiliki beberapa nilai sejarah, contohnya: Hagia Sophia, Masjid Al-Aqsa, tempat Nabi Muhammad ‘diangkat’ ke langit oleh Tuhan (Allah).
- Kuburan
Jangan berpikir tentang hal yang mistis atau aneh-aneh dulu ya teman-teman. Kita sebagai orang Indonesia tentu saja familiar dong dengan Ziarah Kubur. Entah ke figur tertentu, seperti Ulama, Walisongo, ataupun keluarga.
Apalagi bertepatan dengan momen Ramadhan, ziarah kubur (ke keluarga) pasti sering dilakukan kan? Dengan ziarah kubur, para muslim percaya kalau itu akan selalu mengingatkan kematian yang bisa datang kapanpun, jadi mereka lebih termotivasi untuk melakukan hal baik. Nggak hanya itu, mereka juga berziarah kubur untuk mendoakan kebaikan untuk keluarga yang telah berpulang. (Arifandi 2019).
- Kristen (Protestan dan Katolik).
Vukonic (2006) dalam jurnalnya menulis bahwa Kekristenan adalah ajaran yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Terbagi dalam 3 sub denominasi terbesar, yaitu Katolik, Protestan, dan Ortodoks. Akan tetapi, di Indonesia, yang paling terkenal adalah Protestan dan Katolik, yang mana di kolom KTP dipecah menjadi 2 agama, Kristen Protestan dan Kristen Katolik.
Lalu apa yang membedakan Katolik dan Protestan? Katolik mengenal Paus, pemimpin tertinggi dalam tahta suci yang bermukim di Vatikan, sedangkan Protestan tidak. Selain itu, Katolik juga mengenal 7 Sakramen: Baptis, Krisma, Ekaristi, Pengakuan Dosa, Requiem, Imamat, dan Perkawinan, sedangkan Protestan hanya Baptis dan Ekaristi.
Ziarah adalah kepercayaan penting dalam tradisi Katolik Roma. Dalam pidatonya, Paus Paul VI pernah bilang kalau ziarah adalah special form of tourism. Bukan cuma itu, banyak ajaran teologi yang memengaruhi hubungan Gereja Katolik Roma dan dunia pariwisata. Mereka menghormati tempat dimana Yesus tinggal selama di bumi. Nggak hanya Yesus, tetapi juga tempat para Rasul, Santa, dan Santo berdoa (Vukonic 2006).
Destinasi Wisata Religi dalam Kristen.
- Gua Maria.
Di Indonesia sendiri banyak terdapat Gua Maria. Biasa berlokasi di pegunungan, Gua Maria merupakan tempat efektif untuk berkontemplasi.
- Vatikan.
Negara terkecil di dunia yang terkenal dengan angka kelahiran nol ini tentu saja menjadi tempat yang sakral untuk umat Katolik. Selain kediaman Paus, ia juga tempat dari beberapa tempat religius Katolik.
- Holyland.
Tempat ini masyhur menjadi destinasi wisata religi untuk umat Kristen. Akan tetapi, ternyata antara Protestan dan Katolik, punya aturan sendiri-sendiri. Di Katolik 12 hari, 7 hari dihabiskan di Yerusalem, sedang di Protestan 14 hari, dan mayoritas waktunya juga dihabiskan di Yerusalem (Nikram 2000).
- Hindu.
Hinduisme adalah kepercayaan politeistik yang memuja beberapa dewa dan dewi. Nggak seperti agama lain, dalam Hindu tidak ada mesias, guru atau nabi yang membawa ajarannya. Akan tetapi, mereka meyakini bahwa Sang Pencipta membentuk alam semesta dan memberi segala pengetahuan tentangnya.
Bagi umat Hindu, ziarah (Tirtha-yatra) adalah tindakan dan proses ‘penyeberangan rohani.’ Umat Hindu menganggap bahwa seseorang bertransformasi dan memulai petualangan hidup baru, setelah mereka melakukan ziarah (Singh 2006).
Destinasi Wisata Religi dalam Hindu.
- Kumbha Mela, Allahabad.
Kumbha Mela adalah festival tepi sungai diadakan 4 kali per 12 tahun. Diadakan di seputar Allahabad, pertemuan sungai Gangga, Yamuna, Sarasvati, Nasik di Sungai Godavari, Ujjain di Sungai Shipra, dan Haridvar di Gangga.
Mandi di sungai-sungai selama Kumbha Mela dianggap sebagai pembersihan tubuh dan jiwa. Festival Allahabad dan Haridvar secara rutin dihadiri oleh jutaan peziarah (13 juta mengunjungi Allahabad pada tahun 1977, sekitar 18 juta pada tahun 1989, dan lebih dari 28 juta pada tahun 2001).
- Gaya.
Kota Gaya adalah tempat suci untuk ritual leluhur. Kota Gaya dan sekitarnya mengklaim adanya kesinambungan tradisi setidaknya sejak abad kedelapan M sebagaimana diceritakan dalam Vayu Purana.
- Buddha.
Dibawa oleh Sang Buddha, ajaran ini dikenal sebagai The Way – jalan tengah antara pengabdian untuk kesenangan indera dan penyiksaan diri. Selain itu, dalam ajaran Buddha juga terkenal dengan yang namanya karma, atau konsekuensi perbuatan masa lalu. Siapa yang buat hal baik akan menuai hasil baik, pun sebaliknya.
Dalam jurnalnya, Hall (2006) menyebutkan bahwa di agama Buddha, banyak situs ziarah yang didirikan nggak jauh setelah kematian Sang Buddha.
Penting nggak sih ziarah? Dari perspektif Buddhis, bagaimana perbuatan seseorang pada orang lain (entah pada saat dia melakukan perjalanan ataupun tidak), dinilai lebih penting daripada tindakan bepergian (ke tempat sakral). (Hall 2006).
‘Destinasi’ Wisata Religi dalam Buddha.
- Somapura Mahavihara Paharpur (Bangladesh)
Sisa-sisa artefak (situs arkeolog) yang paling penting dan terbesar di Bangladesh.
- Candi Borobudur (Indonesia)
Candi Buddha yang terletak di Jawa ini merupakan salah satu tempat yang sakral untuk umat Buddha. Selain itu, ia juga masuk sebagai salah satu keajaiban di dunia.
Nah, itu tadi pembahasan mengenai wisata religi dan perjalanan spiritual. Ternyata banyak tempat yang bisa menjadi destinasi wisata religi, ya.
Anyway, aku nggak bosan-bosan nih untuk kasih tahu kalian yang ingin sewa penginapan murah dan nggak bikin dompet menangis. Langsung klik https://kamarpelajar.id/kamar aja. Dijamin ada banyak pilihan kamar yang sesuai budget kalian di sana.
Sampai jumpa di pembahasan selanjutnya. Semoga puasanya lancar jaya.
Sumber:
Olsen D. H & Timothy D. J. 2006. Tourism and religious journeys. 1-14.
Hall C. M. 2006. Buddhism, tourism and the middle way. 172-182.
Timothy, D. J. & Iverson T. 2006. Tourism and Islam: Considerations of culture and duty. 186-202.
Singh, Rana P.B. 2006. Pilgrimage in Hinduism: historical context and modern
perspectives. 220-235.
Vukonic, Boris. 2006. Sacred places and tourism in the Roman Catholic tradition. 253-269.
Afriandi, Firman. 2019. A-Z Ziarah Kubur. Jakarta: Rumah Fiqih Publishing.
Nikam, Sanket. 2000. The tourist behind the pilgrim in the Holy Land. 311-326.