Halo sobat KP ^^. Ada gak sobat KP disini yang sedang belajar bahasa Jerman? Atau lagi tertarik untuk belajar bahasa Jerman?
Belajar bahasa Jerman memiliki kesulitan tersendiri karena bahasa Jerman cukup sulit variasi abjad dan pelafalannya namun masih banyak orang yang ingin belajar bahasa Jerman. Apa ya alasannya kira-kira?
1. Bahasa Jerman adalah bahasa yang paling banyak digunakan di benua Eropa.
2. Literasi ilmiah banyak menggunakan bahasa Jerman.
3. Tokoh berpengaruh di dunia banyak menggunakan bahasa Jerman seperti Einstein, Goethe, Mozart, Beethoven, Freud dan lain-lain.
4. Untuk keperluan bisnis, akademik dan peluang lain disana.
Nah kali ini Mimin mau sharing pengalaman kak Dinda R. Karya Dewi. Kak Dinda adalah orang Indonesia yang sedang belajar bahasa Jerman dan juga menjadi tutor bahasa Jerman disana. Kak Dinda sudah 3 tahun tinggal di Jerman dan sedang mempersiapkan untuk S2 di Jerman. Eits..kak Dinda juga mempunyai kekasih di Jerman loh ^^
Apa sih awal mula belajar bahasa Jerman, ngajarin bahasa Jerman dan mempunyai kekasih orang Jerman?
Kak Dinda awal berkuliah S1 di Indonesia dan mengikuti program double degree yang diselenggarakan oleh kampusnya dimana kampusnya bekerjasama dengan salah satu kampus di Jerman. Kegiatan double degree tersebut mirip seperti program exchange dengan rentang waktu minimal 1 tahun. Saat mengikuti kegiatan double degree-nya di Jerman, kak Dinda mengaku hanya bisa dasar Bahasa Jerman. Sebelum memulai kegiatan double degree di Jerman, dia mengikuti summer course selama 1 bulan untuk belajar bahasa Jerman dan mengaku mempelajari bahasa Jerman cukup menyenangkan.
“Waktu awal aku datang, cuma bisa ngomong bahasa Jerman guten morgen gitu. Lalu aku ketemu pujaan hati aku dan berkenalan karena tinggal di kota yang sama dan lanjut sampai sekarang”
Kenapa pilih Universitas Jerman dibandingkan Universitas negara lain?
Kak Dinda memilih Universitas di Jerman karena dia lebih mengenal Jerman dibandingkan negara lain. Sekolah SMA kak Dinda saat itu juga bekerja sama dengan institusi resmi dari Jerman, sehingga banyak mengenal Jerman dari program yang dilaksanakan di sekolahnya. Program yang ditawarkan dari Jerman juga menarik, seperti double degree yang dijalaninya sama seperti exchange tapi kita bisa mendapatkan dua gelar, satu dari Indonesia dan satunya dari Jerman.
Ada ga ekspektasi atau realita yang ga sesuai ketika sampai sana? Misal culture atau hal lain?
Ada banyak realita yang gak sesuai perkiraan ketika sampai di Jerman walau kita sudah memperkirakan dengan membaca banyak informasi berasal dari internet. Kak Dinda sendiri mencari banyak informasi sebelum ke Jerman, namun kak Dinda baru mengetahui bahwa orang Jerman lebih individualis, sama tetangga cuma sebatas bertegur sapa dan tidak seperti Indonesia yang banyak kegiatan antar sesama tetangga di tempat tinggal. Jadi harus lebih ekstra dalam mencari teman di Jerman, namun jika kita sudah berteman dengan orang Jerman dan saling percaya akan sangat dekat.
Realita lain diluar ekspektasi kak Dinda yaitu mengenai kesepakatan bertemu. Di Jerman, tidak seperti Indonesia yang berteman langsung bisa main. Harus janjian dulu sebelum harinya lengkap dengan waktu dan tempatnya.
Catat ya sobat KP yang mau berteman dengan orang Jerman. Hihi 😀
Kalau tentang makanan, apa aja sih perbedaannya antara Jerman dengan Indonesia?
Untuk makanan sendiri, sangat berbeda dengan Indonesia dimana makanan pokok Indonesia lebih khas seperti nasi atau mie, kalau di Jerman lebih banyak makan roti.
Kak Dinda sendiri mengaku butuh waktu untuk mengenali masakan Indonesia ke suaminya. Jadi harus ada cicip terlebih dahulu sebelum memakan makanannya karena rasa dari makanan yang masih asing. Masakan Indonesia juga lebih banyak rasa bawang terutama bawang putih dimana di Jerman sendiri hanya sedikit menggunakan itu atau menggunakan bahan yang lain.
“Jadi waktu suami aku makan makanan Indonesia dia pasti selalu bilang, ini bawang putihnya kenapa banyak banget?” Ucap kak Dinda.
Kak Dinda juga mengaku sudah menyukai makanan nasi pakai yogurt yang dicampur dengan daging cincang dan kacang panjang yang ditumis yang awalnya dia mengaku aneh dengan hal tersebut. Kak Dinda juga memperkenalkan hal itu kepada keluarganya di Indonesia.
Adanya multikultural di keluarga kak Dinda.
Adanya adaptasi sosial multikultural dari pihak suami kak Dinda, dimana kekasih kak Dinda ini tidak 100% keturunan Jerman, namun ada Arab, Lebanon dan Armenia karena ibu dari suami berasal dari Jerman, sementara ayahnya adalah orang Lebanon jadi terbiasa tumbuh dengan kultur yang berbeda membuat lebih terbuka dengan berbagai hal.
Gimana sih bisa memilih untuk jadi pengajar bahasa Jerman?
Kak Dinda mempunyai fashion terpendam sejak dulu dimana dia senang mengajar. Kak Dinda dulu mengajar untuk paskibra dan melihat perkembangan adik kelasnya dan dia merasa ada kepuasan tersendiri, semenjak itu kak Dinda sadar kalau dia mempunyai fashion dibidang itu. Lalu berlanjut saat KKN dimana kak Dinda juga mengajar bahasa Inggris dan waktu di Jerman dia mengajar akuntansi. Keren ya kak Dinda 🙂
“Subjeknya itu nggak di satu bahasa atau di satu topik yang tertentu cuma aku suka ngajarnya jadi mau bahasa Inggris mau ngajar paskibra atau ngajar akuntansi, dan bahasa Jerman, buat saya enggak masalah yang saya senang adalah ngajarnya. Terus waktu itu kebetulan nemu lowongan bahasa Jerman ya udah melamar dan akhirnya dapat”.
Ada gak kesulitan yang ditemukan saat mengajar?
Karena kondisi kelas bermacam-macam seperti setiap siswa ada yang belum pernah belajar sama sekali, ada yang sudah pernah belajar jadi perbedaan itu kadang membuat tricky, jadi siswa kadang ada yang mengeluh terlalu lambat atau materinya terlalu cepat. Jadi pintar-pintar kita memanajemen kondisi itu. Untuk feedback kak Dinda mengaku disambut positif dan muridnya baik-baik.
Selain kesibukan sekarang mengajar ini dan persiapan kuliah, ada kesibukan apa?
Kesibukan kak Dinda saat ini, selain mengajar dan persiapan kuliah, yaitu belajar bahasa Jerman juga, karena untuk kuliah S2-nya menggunakan bahasa Jerman. Kak Dinda mempunyai prinsip hidup seperti ini.
“Walaupun kita sudah menjadi guru, tapi kita tidak boleh berhenti belajar” Ujar kak Dinda dengan antusias. Keren 🙂
Memang benar ya ada dialek tertentu di Jerman?
Di Jerman terdapat dialek tertentu, jika kita ke daerah Selatan tepatnya kota Stuttgart, cara pengucapan mereka agak beda. Kebetulan keluarga suami dari kak Dinda juga pakai dialog Schwäbisch. Kalau menurut kak Dinda secara gramatik sama hanya pengucapannya berbeda.
Untuk liburan di Jerman apakah harus pakai bahasa Jerman?
Kalau liburan masih di kota-kota besar masih bisa pakai bahasa Inggris, karena hampir semua orang di kota besar di Jerman bisa berbahasa Inggris.
Saat ini kaum muda di Jerman menganggap bahwa dialek Jerman itu sesuatu yang keren, jadi mereka harus punya identitas seperti itu. Untuk sekarang, trendnya kaum muda banyak yang menggunakan dialek bahkan ada yang sampai kursus dialek bahasa Jerman. Bahkan ada statistik yang menggambarkan bahwa kaum muda di Jerman lebih bisa menggunakan dialek bahasa Jerman dibandingkan kaum tuanya. Wah keren banget nih, mudah-mudahan terjadi juga untuk kaum muda Indonesia ya. Lebih berbangga sama budaya bahasa sendiri.
Tips and trik dari kak Dinda untuk belajar bahasa Jerman
“Saya sih secara general ya mau belajar bahasa Jerman, Rusia, Perancis, Jepang kuncinya itu satu jangan takut salah, dua dicoba lagi-lagi dan lagi” Tutup kak Dinda
Gimana sobat KP? Tertarik untuk belajar bahasa Jerman? Kuncinya jangan takut salah ya ^^
Oh iya, untuk sobat KP yang mau berpergian ke Jerman, bisa banget nih menggunakan jasa Kamar Pelajar. Di Kamar Pelajar juga ada jasa pandu loh ;). Menggunakan Kamar Pelajar yang pasti hemat, nyaman tambah teman :).