Taiwan adalah negeri dimana para muslim adalah seorang minoritas, tetapi tidak menghentikan langkah Fathin untuk menginjakkan kakinya ke negeri ini.
Fathin yang telah lulus dari Taiwan Shoufu University ini sekarang bekerja di bidang social media marketing di Taiwan dan menetap disana untuk sementara waktu.
Perjalanannya ke Taiwan diawali oleh ketertarikannya terhadap Bahasa Mandarin. Guru les Bahasa Mandarin, restu orang tua dan niatnya yang kuat mengantarkan Fathin berkuliah ke Taiwan dengan jurusan Business Administartion selama 4 tahun lamanya.
“Take a chance, kesempatan tidak datang 2 kali untuk nyobain kuliah di luar negeri”, jawab orang tuanya saat Fathin bingung harus memilih Universitas Telkom atau ke Taiwan. Kedua orang tuanya sangat mendukung, Fathin harus merelakan Universitas Telkom-nya dan juga dana pendaftarannya yang telah lunas dibayar.
Fathin mendaftarkan dirinya dan diterima di kampus pilihannya. Tiba saatnya Fathin untuk mempersiapkan dirinya untuk menghadapi perbedaan kultur yang ada di Taiwan. Segala asumsi dan kekhawatiran sempat muncul di benak Fathin. Akan tetapi, Taiwan ternyata jauh lebih nyaman dari ekspektasi nya. Hangusnya dana pendaftaran di Universitas Telkom ternyata membawa Fathin ke negeri impiannya.
Apa aja sih culture shock yang dialami Fathin?
“Di Taiwan ga banyak tempat sampah, tapi kerennya tetap bersih dan buang sampai du tempatnya”, jawab Fathin dengan nada yang sangat antusias. Pemisahan jenis sampah yang ketat juga telah di edukasi oleh pemerintah Taiwan kepada warganya. Warga Taiwan juga aware akan lingkungan sekitarnya sehingga hal ini sudah menjadi kebiasaan mereka sehari-hari. Seorang teman dari Fathin sempat mengingatkan “Bayangin deh, petugas sampah harus misahin satu-satu sampah kita dan mereka akan lebih capek. Kalau kita sendiri bisa meringankan dan mempermudah pekerjannya, kenapa engga?”
Bukan itu saja, kedisiplinan dan kepatutan warga Taiwan atas aturan-aturan yang ada juga sempat membuat Fathin kaget. Mereka akan mengantri dengan rapih saat menunggu bis datang dan mengikuti arahan-arahan petugas yang bekerja disana. Warganya teredukasi dan mau patuh akan aturan-aturan yang ada, apalagi dengan keadaan covid yang menggemparkan dunia. Mereka menggunakan masker kemana-mana, mengikuti protocol kesehatan yang berlaku dan tetap menjaga jarak, inilah salah satu faktor yang menyebabkan angka covid di Taiwan rendah.
Kehidupan seorang muslim di Taiwan
Di tahun 2018, di Taiwan masih susah bagi para muslim untuk mendapatkan produk-produk makanan yang muslim-friendly dan juga tempat ibadah yang terbatas. Dua tahun setelah itu, pemerintah Taiwan gencar-gencarnya membangun negaranya agar menjadi muslim-friendly bagi para pendatang, mahasiswa maupun pekerjanya. Mulailah dibangun fasilitas berupa prayer room di tempat-tempat publik, rumah sakit, halte bis, stasiun kereta dan bahkan di theme park juga dibangun. Tidak berhenti disitu saja, pemerintah Taiwan juga peduli dengan kebutuhan muslim lainnya; beberapa hotel sudah memiliki sertifikat muslim-friendly, makanannya juga di perhatikan dan alat makannya dipisah bagi para muslim. Kenyamanan ini yang membuat Fathin dekat dengan tanah air dan tidak susah untuk jalan-jalan maupun belajar dan bekerja di Taiwan. “Aku betah di Taiwan karena semakin hari semakin (warga Taiwan) toleran sama muslim”, ujar Fathin. Fathin bahkan tidak mengalami ada nya rasis oleh orang-orang lokal. Warga Taiwan yang memeluk agama muslim hanya 1-3% saja, tetapi mereka saling menghormati kultur dan budayanya masing-masing.
Tips Fathin agar mudah untuk mendapat makanan yang halal adalah memasak sendiri atau makan-makanan yang berbasis vegan. “Banyak kok restoran vegan. Ada lagi, produk-produk Taiwan yang berbasis vegan yang menyerupai sosis, daging dan itu semua sudah memiliki cap halal dari Taiwan”, jelasnya. Di Taiwan juga ada warga yang bantu untuk men-translate Bahasa Mandarin tentang komposisi produk-produk di pasaran. Bukan itu saja, salah satu mahasiswa S2 di Taiwan juga membuat aplikasi bernama Halalin yang bisa scan komposisi produk-produk dari Bahasa Mandarin ke Bahasa Indonesia, sehingga mudah untuk dimengerti.
Perayaan Idul Adha di Taiwan biasa diselenggarakan di masjid-masjid besar di Taiwan; di Taipei (utara), Taichung (tengah) dan Kaishung (selatan). Kalau di kota-kota kecil biasanya di musholah, di hall kampus atau di taman-taman umum. Pemerintah Taiwan juga meletakkan banner “Selamat Idul Adha” di taman sehingga warga sekitar juga ikut mengetahui acaranya.
Sumber : Instagram pribadi @fathinmurtadlo
Bisnis apa saja yang Fathin jalani?
Bisnis yang Fathin jalani hingga sekarang ada 3:
1) mandarism.id – merupakan produk expend dari @kampunginggrism, Fathin mengerjakan konten-konten untuk mandarism.id karena keahlihannya dalam Bahasa Mandarin
2) growthclub.id – dibuat oleh Fathin bersama seorang temannya karena susahnya mencari lingkungan yang positif di sekitar mereka
3) alodielooks – dibuat oleh Fathin karena susahnya dan mahalnya pakaian muslim di Taiwan.
Konsumen utama dari alodielooks hingga hari ini adalah mahasiswa maupun pekerja dari Indonesia dan Malaysia. Hijab dan Taiwan mungkin bukan menjadi paduan yang pas, tetapi apa yang dialami Fathin ini nyata dan cukup membuatnya kaget. Sudah dua kali orang Taiwan mendekati dirinya dan bertanya dimanakah Fathin membeli hijabnya. Lucunya, yang bertanya dan ingin membeli hijab itu adalah seorang kakek dan seorang wanita muda yang jauh dari kultur dan budaya muslim. Ini menunjukkan warga Taiwan yang sangat penasaran akan kultur dan budaya muslim.
Tips untuk para anak rantau yang ingin memulai bisnisnya dari luar negeri
1. Jangan pernah takut buat mulai dan rugi, karena itu resiko bisnis. Siapa tahu dari step awal yang kalian pikir gabisa, ternyata membawa rejeki yg luar biasa buat kalian.
2. Mulai dari masalah kebanyakan orang, fokus ke masalah dan solusinya
3. Semangat berproses
Dahulu sangatlah susah mencari informasi tentang beasiswa ke luar negeri maupun jalan-jalan, tetapi sekarang sudah banyak konten-konten yang menginfokan hal-hal tersebut di berbagai media sosial. Jadi tunggu apa lagi sobat-sobat KP untuk menyusul jejak sukses Fathin? Yuk kita mulai perjalanan yang menyenangkan, aman dan tentunya hemat nyaman tambah teman bersama Kamar Pelajar. Bisa langsung cek Instagram kami @KamarPelajar atau www.kamarpelajar.id