Hai, Sobat KP!
Kuliah dan tinggal di luar negeri pasti itu sudah jadi sebuah cita-cita bagi para pelajar, ya nggak sih?
Banyak pelajar yang berjuang berlomba-lomba untuk mendapatkan beasiswa agar mereka bisa studi di luar negeri, sebab biaya kuliahnya yang sangat mahal. Selain itu, biaya hidup jika tinggal di negara asing juga harus dipikirkan dan dipertimbangkan. Seperti biaya akomodasi, biaya transportasinya, dan kebutuhan pokok lainnya.
Kalian pasti bertanya-tanya berapa sih biaya pengeluaran yang dihabiskan per-bulannya sebagai mahasiswa internasional untuk memenuhi kehidupannya di negara asing?
Yuk mari kita simak penjelasan lengkapnya langsung dari para mahasiswa internasional yang sekarang sedang berkuliah di Turki dan Hong Kong.
Fridya Nur Oktavia, Çanakkale Onsekyz Mart University, Turkey
Sumber foto: https://smapse.com/canakkale-onsekyz-mart-university-university-ananakkale-onsekiz-march/
Fridya Nur Oktavia atau yang akrab disapa Fridya adalah seorang mahasiswa internasional yang sedang menempuh pendidikan S1 di Çanakkale Onsekyz Mart University jurusan Agriculture by technology. Ia mendapatkan beasiswa dari pemerintah Turki yang disebut dengan Turkiye Burslari Scholarship di tahun 2017.
Fridya bercerita bahwa ia hanya coba-coba mendaftar beasiswa tersebut untuk jenjang S1, lalu mengikuti seleksi berkas, dan juga panggilan wawancara di kedutaan Turki di Jakarta. Singkat cerita, ia diterima dan sekarang ia sudah berada di semester akhir perkuliahannya.
Sumber: Foto pribadi Fridya Nur Oktavia
Berapa banyak sih biaya pengeluaran yang dihabiskan Fridya diluar dari beasiswa yang diambil olehnya?
Di sini Fridya membagikan ceritanya bahwa biaya hidupnya selama di Turki pada tahun 2017 di mana adalah tahun pertama kalinya ia datang ke Turki dan di tahun ini sangat berbeda dikarenakan tingkat inflasi yang semakin meninggi. Dulu di tahun 2017, 1 lira masih sekitar 4 ribu rupiah. Namun, sejak meningginya tingkat inflasi di Turki, nilai tukar mata uang lira anjlok. Kemudian, sekarang 1 lira sekitar 800 rupiah.
“Hampir semuanya naik 100% semua harga bahan pokok, transportasi, rumah,” kata Fridya.
Selama di Turki, Fridya tinggal di asrama murid dari pemerintah Turki yang seharga 1,000 lira per-bulan atau sekitar 800 ribu rupiah. Sudah termasuk listrik dan semuanya. Di asrama ini kamarnya sharing, jadi satu kamar bisa berisi 3-4 orang. Namun, untuk mendapatkan kuota untuk tinggal di asrama pemerintah itu cukup sulit karena pemerintah Turki itu lebih mendahulukan warga lokal buat tinggal di sana.
Nah, tapi tidak perlu khawatir untuk pelajar yang mendapatkan beasiswa dari pemerintah Turki ini seperti Fridya itu langsung boleh untuk tinggal di asrama pemerintah tersebut.
Selain asrama pemerintah, ada lagi tempat asrama swasta yang harganya sekitar 800 ribu – 1.5 juta rupiah yang di mana tempatnya satu kamar seorang dan fasilitasnya lebih bagus.
Saat pandemi, Fridya harus meninggalkan asramanya dan mencari tempat tinggal baru di apartemen. Lalu ia menemukan apartemen dengan tipe 4 + 1 yaitu 4 kamar dan 1 hall sharing bersama 3 temannya. Untuk biaya sewa per-bulannya yaitu 2,000 lira, tapi karena dibagi dengan 4 orang, harganya jadi jauh lebih murah.
Nah untuk biaya transportasi umum di Turki berdasarkan pengalaman Fridya cukup terjangkau lho, sobat KP! Kalau kita memiliki student card, harga sekali naik bis itu hanya 4.5 lira dan buat non-student hanya 8 lira. Namun, karena di kota Çanakkale itu tempatnya strategis dan semuanya yang dibutuhkan itu dekat dari tempat tinggal, Fridya lebih suka berjalan kaki saja dari pada naik transportasi umum.
Di samping itu, untuk kebutuhan pokok terutama biaya makan, biayanya ga beda jauh dengan hidup di Jakarta. Kalau kata Fridya, dengan budget 2 juta rupiah sudah bisa makan enak, bisa beli sayur, ayam, dan lain-lain. Jika mau lebih hemat, Fridya lebih memilih untuk memasak sendiri, karena jika sering makan di luar akan lumayan menghabiskan banyak biaya.
Berdasarkan pengalaman Fridya, jika ditotal biaya hidupnya seperti dari kebutuhan pokok, bisa tinggal di apartemen, makan di luar sesekali, membeli skin care, jalan-jalan ke luar kota, dan lain-lain dengan budget 5 juta rupiah per-bulan sudah cukup.
Bagaimana asuransi kesehatan waktu di Turki?
Mengenai asuransi kesehatan, dari beasiswa yang didapatkan oleh Fridya ini sudah menyediakan asuransi kesehatan dari pemerintah Turki untuk seluruh mahasiswanya. Jika kita mau cek kesehatan, cek kesehatan gigi dan membersihkan karang gigi bisa dicover dari asuransi tersebut. Bahkan cek kesehatan mata dan kacamata bisa digratiskan. Asuransi kesehatan tersebut memberikan sekitar 700 lira atau setara sekitar 600 ribu rupiah ke atas tergantung jenis asuransinya.
Bagaimana dan berapa sih biaya pengeluaran kalau mau jalan-jalan di Turki?
Nah sobat KP, setelah kita membahas biaya pengeluaran Fridya selama ia tinggal di Turki per-bulannya, sekarang kita bahas gimana dan berapa sih biaya pengeluaran saat jalan-jalan di Turki.
Opsi transportasi umum jika mau jalan-jalan ke luar kota yaitu naik bis karena ada beberapa kota di Turki yang memang belum terintegrasi dengan jalur kereta. Tiket bis pun yang dulunya hanya 50 lira sudah bisa dapat, sekarang sudah melonjak naik sekitar 200 lira per tiket. Maka dari itu, jika membeli tiketnya untuk Pulang-Pergi mungkin sudah akan menghabiskan sekitar hampir 400 ribu rupiah. Itu baru hanya transportasinya saja.
Sumber foto: https://alfatihstudentcenter.com/menambah-wawasan-ini-dia-5-museum-fenomenal-di-turki/
Untuk destinasi wisata di Turki, banyak tempat wisata masjid yang memang gratis masuk. Selain itu, banyak juga museum-museum keren di Turki dan masing-masing museum punya sistem tersendiri untuk student dengan masuk memakai museum card khusus student. Sekali apply kartu tersebut menghabiskan 50 lira. Namun, dalam sekali beli, sudah dapat ke semua akses masuk ke seluruh museum yang ada di Turki. Kalau mau menginap pun bisa mencari hotel-hotel yang murah atau bisa memakai jasa Kamar Pelajar agar bisa lebih berhemat.
“Jadi, kalau untuk jalan-jalan dengan budget di bawah 2 juta rupiah sudah bisa jalan-jalan di Turki menurutku,” ucap Fridya.
Penting gak sih buat siapin dana darurat?
Oke, sekarang mari kita bahas mengenai dana darurat. Kira-kira dana darurat itu penting gak sih buat Fridya?
“Perlu banget at least punya dana darurat 2-3 kali dari biaya hidup bulanan atau biaya pengeluaran,” katanya.
Selain adanya inflasi yang terus menaik dan harga kebutuhan pokok yang juga terus melonjak, terkadang beberapa owner rumah di sana ada yang nakal di mana suka secara tiba-tiba mengeluarkan orang dari rumah itu dan orang tersebut harus mencari lagi tempat tinggal. Berarti, jika harus rumah baru lagi harus membayar deposito lagi ditambah dengan biaya sewa untuk 2-3 bulan pertamanya. Selain itu, dana darurat juga dibutuhkan untuk berjaga-jaga jika kita sakit, karena ada juga yang tidak bisa dicover dengan asuransi. Contohnya seperti cabut gigi.
Gimana sih ekspektasi dan realita kuliah dan tinggal di luar negeri? Apakah kesannya seperti yang banyak orang pikirkan atau tidak?
“Struggle di bahasa, ga sesuai ekspektasi,” kata Fridya.
Sebelum memulai semester awal perkuliahannya, Fridya berpikir bahwa ia adalah mahasiswa internasional dan mungkin nanti perkuliahannya akan menggunakan Bahasa inggris. Namun ternyata perkuliahannya tidak menggunakan bahasa inggris melainkan full dengan Bahasa Turki. Jadi, mau tidak mau Fridya harus mempelajari Bahasa Turki sampai expert setahun pertamanya sebelum masuk perkuliahan. Seperti bagaimana cara bercakap-cakap menggunakan Bahasa Turki di kesehariannya dan sebagainya.
Fridya sempat sangat stres dan kesulitan dengan perkuliahannya di awal. Selain semuanya menggunakan full Bahasa Turki dan jadi sulit memahami semua pelajarannya, ada tuntutan bahwa nilai IPK tidak boleh turun dikarenakan ia anak beasiswa. Terlebih lagi, jurusan Fridya ini lebih banyak mempelajari tentang kimia yang di mana pelajaran kimia itu adalah pelajaran yang paling tidak disukai Fridya.
Di samping itu, budaya di Turki tidak membuat culture shock kepada Fridya karena di Turki juga mayoritas warganya adalah muslim dan lebih cenderung kental dengan budaya Asianya daripada Eropa. Selain itu juga sangat mudah mencari makanan halal di sana, orang-orangnya juga baik dan mau menolong ketika melihat orang sedang kesulitan.
Menurut Fridya, jika kita mau tinggal Turki itu harus bisa Bahasa Turki. Kalau tidak, kita tidak akan survive untuk tinggal lebih lama di sana karena negaranya tidak ramah Bahasa Inggris.
Tips & tricks untuk gimana sih caranya agar tetap hemat?
“Untuk hemat kuncinya ada di masak, kalo kita masak terus itu bisa berhemat banget,” ucap Fridya.
Menurut Fridya, pengeluaran yang paling banyak dihabiskan itu untuk kebutuhan makan atau jajan. Ia lebih memilih untuk membuat atau memasak makanannya sendiri. Selain itu, tidak perlu naik taksi dan lebih baik pakai transportasi umum saja seperti naik bis. Kemudian, carilah rumah atau apartemen yang bisa sharing agar tidak begitu mahal bayar sewa per-bulannya. Terakhir, manfaatkan discount student untuk masuk ke tempat destinasi wisata di Turki.
Abdul Hasan Al Asyari, Hong Kong University
Sumber foto: https://mcdonnell.wustl.edu/places/university-of-hong-kong/
Abdul Hasan Al Asyari, yang juga akrab dipanggil Abdul atau Abul ini adalah seorang mahasiswa internasional yang sedang menempuh pendidikan S2-nya di Hong Kong University jurusan Information Technology & Education dengan mendapatkan beasiswa dari LPDP.
Pada awal pendaftaran beasiswa, ia tidak mempertimbangkan negara atau universitas mana yang ingin dipilih karena pada saat itu ia meriset tentang program yang ingin diambil serta silabus dari program tersebut. Apakah sudah cocok atau tidak dengan tujuan yang ia ingin capai. Dikarenakan Abdul ingin mengambil jurusan tentang educational technology, ia memilih tiga universitas di tiga negara yang berbeda berdasarkan riset sederhana yang dilakukannya seperti di UK, US, dan Hong Kong. Singkat cerita, ia akhirnya diterima di Hong Kong University.
Sumber: Foto pribadi Abdul Hasan Al Asyari
Berapa banyak sih biaya pengeluaran yang dihabiskan Abdul diluar dari beasiswa yang diambil olehnya?
Berdasarkan pengalaman Abdul sendiri, biaya hidup di Hong Kong sangat mahal, terutama pada akomodasi atau properti. Maka dari itu, banyak warga lokal sana yang tidak memiliki rumah dikarenakan mahalnya harga properti di sana. Bahkan tempat tinggal seperti flat share, juga sangat mahal.
Sebelumnya, dikarenakan Abdul ini adalah mahasiswa jenjang S2, ia tidak diprioritaskan untuk mendapatkan akomodasi dari dalam kampusnya sendiri. Jadi mau tidak mau ia harus mencari tempat tinggal di luar kampus yang pastinya harganya bervariasi.
Akhirnya Abdul mendapatkan flat share di dekat kampusnya. Jadi, ia dapat berjalan kaki ke kampusnya dengan lama sekitar 15-30 menit, atau dapat juga diakses dengan MTR yang jaraknya hanya satu stasiun. MTR ini adalah transportasi kereta umum yang biasa digunakan di Hong Kong. Harga flat share-nya sekitar 6 ribu Dollar Hong Kong atau setara dengan sekitar 12 juta rupiah per-bulannya, kamarnya tidak begitu besar, share bedroom, share kitchen, share living room.
Untuk kebutuhan pokok, Abdul terkadang memasak makanannya sendiri, kadang juga tidak. Biaya jika ia memasak, biaya yang dihabiskan untuk itu sekitar 2 ribu Dollar Hong Kong atau setara dengan 4 juta rupiah per-bulannya. Jika ia ingin makan di luar pun mencari makanan halal juga lebih sedikit daripada makanan non-halalnya. Juga harganya lebih mahal. Jika ia tidak mau memasak, biaya yang akan dihabiskannya pun jadi sekitar 3 ribu Dollar Hong Kong.
“Paling banyak memakan biaya itu di akomodasi dan juga di kebutuhan makan.” ucap Abdul.
Meskipun akomodasi lumayan mahal, kabar baiknya, untuk mahasiswa yang memiliki student card, akan diberi harga khusus ketika naik MTR. Harga MTR ini pun tergantung jarak jauhnya perjalanan. Abdul hanya menghabiskan 4.5 Dollar Hong Kong untuk pergi ke kampusnya yang berjarak hanya 1 stasiun.
Bagaimana asuransi kesehatan waktu di Hong Kong?
Dari pihak LPDP sendiri sebenarnya sudah menyediakan budget untuk apply asuransi kesehatan selama berkuliah di sana. Namun, Abdul tidak apply asuransi kesehatan tersebut. Abdul sendiri pernah menanyakan hal ini pada alumni yang pernah berkuliah di kampusnya dan ternyata para alumni tersebut juga tidak apply asuransi itu karena katanya jika kita sudah punya visa student atau siapapun yang punya visa dan sudah stay di Hong Kong selama lebih dari 180 hari, biaya rumah sakit yang sifatnya general itu bisa dicover sama pemerintah Hong Kong. Tapi untuk penyakit lain maupun yang lebih serius, tetap saja harus mengeluarkan biaya juga. Dari pihak Hong Kong University pun tidak menyediakan asuransi kesehatan, jadi harus cari sendiri dan juga tidak ada keharusan atau kewajiban untuk apply asuransi tersebut.
Bagaimana dan berapa sih biaya pengeluaran kalau mau jalan-jalan di Hong Kong?
Jika ingin berjalan-jalan di Hong Kong, transportasinya sangat mudah dan strategis untuk mencapai ke beberapa spot-spot destinasi wisata di sana. Transportasi umum di Hong Kong semuanya sudah terintegrasi. Jadi, jika kita mau pergi sejauh apapun dapat diakses dengan naik MTR dan dilanjut dengan naik bis.
Sumber foto: https://curiouscatontherun.wordpress.com/2013/07/13/the-peak-hong-kongs-best-views-day-and-night/
The Peak, di mana itu adalah puncak Hong Kong yang sangat terkenal. Di sana, kita dapat melihat keindahan gedung-gedung pencakar langit maupun keindahan pusat kota Hongkong dari ketinggian.
Selain itu, banyak sekali tempat wisata di Hong Kong yang gratis terutama tempat-tempat orang yang suka naik gunung. Karena Hong Kong ini salah satu surganya bagi para pecinta alam dan hiking. Di sana banyak sekali tempat-tempat indah yang cocok untuk hiking baik untuk yang pemula maupun yang sudah expert. Durasinya juga bervariasi.
Nah, di Hong Kong ini juga ada spot-spot indah di pinggir lautnya. Biasanya kebanyakan orang yang ingin rileks tapi di sisi lain juga hanya punya waktu yang terbatas, mereka langsung pergi ke pinggir pantai saja sambil menikmati pemandangan.
Selain tempat destinasi wisata Hong Kong yang gratisan, ada juga lho yang tiket masuknya lumayan mahal seperti ke Disneyland Hong Kong yang sangat terkenal itu. Tiketnya seharga sekitar 600 Dollar Hong Kong atau setara dengan sekitar 1.2 juta rupiah.
Penting gak sih buat siapin dana darurat?
Sama seperti Fridya sebelumnya bahwa dana darurat itu perlu dan sangat wajib ada.
Berdasarkan pengalamannya Abdul, ia mendapat uang living alone per-3 bulan langsung dan juga uang kedatangan yang bisa berjumlah dua kali lebih besar daripada uang living alone dari beasiswa LPDP tersebut. Uang tersebut bisa dijadikan istilahnya sebagai modal pertama untuk biaya hidup pertama kali di negara asing dan juga dijadikan simpanan untuk dana darurat.
Dana darurat ini penting terutama untuk biaya akomodasi di Hong Kong yang cukup tricky dan mahal. Abdul pun juga sering berpindah-pindah tempat flat-nya. Lalu biasanya setiap pindah tempat harus membayar deposit untuk 2 bulan ditambah dengan bayar 1 bulan pertama dimuka. Biaya satu kamarnya pun harganya sekitar 5,800 Dollar Hong Kong per-bulan dan itu belum termasuk air dan listrik. Flat share, jadi sharing dengan 4 orang asing di sana. Di Hong Kong pun sulit mendapatkan akomodasi untuk jangka pendek, karena minimal tinggal selama 6 bulan atau setahun.
Jadi, Abdul memberikan sedikit tips gimana sih cari akomodasi di luar kampus yang harganya jadi bisa terjangkau oleh mahasiswa asing. Nah caranya, ketika musim panas biasanya warga lokal pasti liburan keluar negeri yang waktunya bisa lumayan panjang sekitar 3-4 bulan. Lalu mereka pun jadi banyak yang menyewakan kamar mereka dengan harga yang lebih murah.
Berdasarkan pengalaman Abdul yang pernah pindah dari flat share ke 1 single room selama sebulan yang di mana tempat itu sudah ada kamar mandi dalamnya, ada kulkas, sofa bed, dan lain-lain tapi tanpa dapur. Ia mendapatkan harga sewanya sekitar 3,500 Dollar Hong Kong per bulan.
Menurut Abdul, dana darurat harus benar-benar disiapkan sekitar 2-3 kali dari uang bulanan yang ada terutama untuk mahasiswa yang berkuliah jenjang S1. Sudah pasti akan tinggal selama kurang lebih 4 tahun dan sangat berkemungkinan akan pindah-pindah tempat tinggal juga. Maka dari itu sangat penting untuk menyiapkan uang deposit setiap ingin pindah tempat tinggal.
Gimana sih ekspektasi dan realita kuliah dan tinggal di luar negeri? Apakah kesannya seperti yang banyak orang pikirkan atau tidak?
Realita tinggal di Hong Kong selama ini menurut Abdul sebenarnya kurang lebih mirip dengan di Indonesia untuk budaya dan sebagainya karena masih di wilayah Asia juga. Untuk kehidupan di kampus juga sama seperti lebih dituntut untuk lebih aktif saat perkuliahaan.
Yang bikin shock adalah orang lokal di sana terkesan sangat individualis dan juga sangat cepat. Jadi, mau tidak mau Abdul harus mengikuti budaya yang ada di sana.
Tips & tricks untuk gimana sih caranya agar tetap hemat?
“Masak itu skill yang wajib dimiliki,” ucap Abdul.
Sama seperti Fridya, Abdul setuju sekali untuk lebih baik memasak makanan sendiri daripada beli di luar untuk lebih berhemat. Untuk membeli bahan-bahan masaknya pun bisa dibeli di pasar-pasar tradisional saja daripada ke supermarket karena lebih murah. Selain itu, manfaatkan promo diskon saat belanja dan carilah bahan baku yang tahan lama untuk berhari-hari seperti frozen food. Lalu, ia juga rajin membuat catatan pengeluaran dan planning per-bulan di Ms. Excel. Alasannya karena hal itu bisa menekan hasrat untuk membeli sesuatu yang berlebihan. Kemudian, manfaatkanlah student card untuk akomodasi transportasi disana. Terakhir, jika mencari akomodasi tempat tinggal di Hong Kong, usahakan harus melihat tempatnya dulu untuk memastikan apakah gambar tempat tersebut sesuai dengan aslinya atau tidak dan apakah worth it dengan harganya atau tidak.
Nah sobat KP, begitulah penjelasan lengkap beserta pengalaman dari Fridya dan Abdul.
Biaya hidup saat tinggal di negara asing memanglah beragam sesuai di mana negaranya, gaya hidup, masing-masing kebutuhan, dan sebagainya.
Gimana, nih? Apakah kalian tertarik untuk kuliah dan tinggal di luar negeri seperti mereka?
Yuk tetap semangat dan terus belajar ya sobat KP!