Sobat KP pernah ga si ngerasain gempa di negeri orang? Kalo belum, nih penulis mau cerita tentang pengalaman pribadinya ngerasain gempa di Osaka Jepang. Jujur sebelumnya aku belum pernah ngerasain gempa yang parah banget sampe semuanya goyang, eh sekalinya ngerasain malah di negeri orang, duhh.
Tahun 2018 aku dan keluarga pergi ke Jepang, kami berangkat sebelum Idul Fitri. Sengaja memang berencana merayakan Idul Fitri jauh dari rumah, karena mau merasakan atmosphere yang berbeda. Kami tiba di Osaka pada malam hari, esoknya kami memulai perjalanan mengunjungi Osaka Aquarium Kaiyukan. Akuarium ini salah satu yang paling terkenal karena daya tarik utama nya adalah hewan – hewan laut yang ada di akuarium ini kebanyakan berasal dari Samudera Pasifik.
Sobat KP kalo ke Osaka harus banget ngunjungin Aquarium Kaiyukan, karena tempat ini dibangun dengan ukuran raksasa dan dapat dinikmati dari tiga lantai yang berbeda. Pengunjung juga dapat melihat atraksi seperti pemberian makan hewan – hewan oleh penjaganya. Sangat seru bukan!!
Kami juga mengunjungi Kyoto, karena disini kami bisa menikmati budaya Jepang dari jalanan, kuil, rumah-rumah yang mirip dengan rumah Nobita. Karena kami ingin merasa seperti penduduk Jepang, kami yang perempuan menggunakan pakaian tradisional yaitu Kimono semirip mungkin dengan penduduk Jepang asli dari rambut hingga sepatu lengkap.
ini kakaku dan keluarganya di kuil Yasaka
Ternyata banyak juga turis – turis di Kyoto yang menggunakan Kimono, kami mengunjungi salah satu kuil yang terkenal di Kyoto kuil Yasaka atau Gion. Kuil ini terletak di antara Distrik Gion dan Distrik Higashiyama, dan sering dikunjungi oleh turis yang berjalan di antara kedua distrik tersebut. Aula utama kuil menggabungkan honden (tempat suci dalam) dan haiden (aula persembahan) menjadi satu bangunan.
Sebelum pulang ke Indonesia, kami berlama stay di Universal Studios Osaka. Disinilah pengalaman seram yang kami alami, bukan seram hantu lhooo, tapi seram karena bencana. Kebetulan hotel kami menghadap langsung ke permainan Rollercoaster, sehingga kami bisa melihat langsung orang – orang yang naik wahana tersebut.
ini malam sebelum terjadi gempa ini situasi setelah gempa
Kejadian bermula ketika kami sedang sarapan, karena tidak ada meja makan kami semua duduk dibawah, ketika sedang asik mengobrol tibatiba aku merasakan getaran awalnya aku mengira hanya sugesti, namun ternyata getaran tersebut makin berguncang dengan keras. Kami spontan teriak “gempaa” dan langsung berpelukan sambil berdoa, aku melihat kearah Rollercoaster dan wahana itu bergoyang dengan cepat. Kejadian berlangsung cukup lama, ketika berhenti kami langsung turun ke lobby bawah melihat situasi, kebetulan kami berada dilantai 18 kalo aku tidak salah cukup menguras tenaga karena harus menggunakan tangga darurat.
Setibanya dibawah kami merasa heran, mengapa orang Jepang ga panik dan tetap santai seolah ga terjadi apapun. Mungkin mereka sudah terbiasa menghadapi bencana seperti gempa, karena yang kami tau Jepang memang salah satu negara yang sering terjadi gempa. Dilansir dari cnn.com ternyata gempa yang saat itu terjadi di Osaka Jepang berkekuatan 5,3 SR, Badan Meteorologi Jepang menyebutkan 5,9. Ini menilai gempa di ‘6 lebih rendah’ pada skala Intensitas Seismik JMA, yang artinya guncangannya cukup parah yang membuat sulit untuk tetap berdiri. Ga heran Rollercoaster didepan hotel kami bergoyang dengan cepat, Namun, bagaimana cara Jepang membuat warga nya tetap santai?
Untuk menjawab hal itu aku punya beberapa informasi nih buat Sobat KP, dilansir dari theculturetrip.com, berikut beberapa cara Jepang melakukan persiapan menghadapi gempa :
– Bangunan tahan gempa, semua rumah di Jepang dibangun untuk memenuhi standar tahan gempa yang ketat dan telah ditetapkan oleh hokum. Banyak struktur bangunan menjadi sedikit lebih fleksibel jika ada getaran, Skytree yang terkenal di Tokyo dibangun untuk menahan bencana alam dengan meniru pagoda kayu kuno, yang telah bertahan selama berabad-abad gempa bumi.
– Phone update, semua handphone di Jepang dipasangkan system peringatan darurat gempa dan tsunami. Dipicu lima hingga sepuluh detik sebelum bencana dating, tujuannya diberi waktu kepada pengguna u tuk cepat mencari perlindungan, sistem akan meneriakan “Jishin desu!” atau artinya “ada gempa”.
– Liputan tv langsung, jika gempa terjadi semua saluran TV Jepang segera berganti ke liputan gempa resmi, hal ini memastikan agar warga mendapat informasi seperti tentang gempa, dimana mencari perlindungan, dan memberi warga waktu untuk mundur ketempat yang lebih tinggi.
– Kesadaran dan edukasi tentang pencegahan bencana, semua sekolah di Jepang mengadakan latihan gempa bumi secara teratur, setidaknya sebulan sekali. Metode yang paling umum selama latihan adalah anak – anak masuk ke bawah meja dan berpegangan pada kaki meja sampai gempa berhenti. Hal tersebut dilakukan agar mereka tahu perlindungan menghadapi gempa sejak dini.
– Terowongan debit air, salah satu prestasi teknik yang paling mengesankan adalah Water discharge tunnel Tokyo yang terletak di pinggiran kota. Terowongan besar yang tersembunyi mengumpulkan air banjir yang disebabkan oleh bencana alam seperti angina topan, tsunami dan dengan aman mengalirkan kembali air ke Sungai Edo. Jika daerah tersebut dilanda gempa bumi dan memicu tsunami, kota tersebut harus terhindar dari banjir besar.
Itu dia beberapa cara Jepang melakukan persiapan menghadapi gempa, jadi ga heran jika orang Jepang tetap santai karena memang sudah memiliki persiapan yang matang. pengalaman tersebut membuat aku dan keluarga menjadi tidak terlupakan. Merasakan hal baru dan bisa sharing kepada teman – teman pengalaman yang aku alami, sekian sharing tentang pengalaman di Jepang dan terimakasih sudah membaca.