Hal apa sih yang ada di kepala kalian, kalau kita ngobrolin Industri Pariwisata? Kita bisa bilang kalau Industri Pariwisata adalah Industri yang sangat seksi dan menarik. Banyak negara yang menggantungkan pendapatan mereka ke sektor ini, termasuk negara kita sendiri, Indonesia. Maka dari itu, kita nggak bisa menyangkal fakta kalau Industri Pariwisata membuka banyak peluang pekerjaan, seperti pekerjaan yang akan kita bahas kali ini, Pemandu Wisata.
Apa sih yang dimaksud dengan Pemandu Wisata? Pemandu Wisata adalah seseorang yang mengajak orang lain ke suatu tempat wisata dan menjelaskan detail menarik tentang tempat tersebut. (Merriam Webster Dictionary). Dalam jurnalnya, Rabotic (2010) menyatakan bahwa Pemandu Wisata adalah salah satu profesi terlama di muka bumi dan sudah ada sejak 2,5 abad yang lalu. Dan semakin kesini, profesi Pemandu Wisata berkembang menjadi sangat masif dan ‘terkenal’ setelah Thomas Cook mengorganisir kelompok wisatawan (Wei, 2012).
Di era Pariwisata modern ini, kita bisa katakan kalau Pemandu Wisata memegang peranan vital dalam industri ini. Hal ini bisa dibuktikan dengan berapa banyak biro perjalanan wisata yang menyediakan jasa Pemandu Wisata, jadi satu dengan paket perjalanan yang mereka tawarkan (Rabotic, 2010).
“Pemandu Wisata paling juga cuma kasih tau orang-orang, ini namanya apa, itu namanya apa. Nganterin ke tempat yang kita mau aja. Kok bisa vital banget peranannya. Memang kenapa sih?” Eits, jangan salah lho. Rabotic (2010), menyatakan bahwa Pemandu Wisata ternyata adalah profesi yang paling kompleks. Mereka bukan hanya sekadar memandu kita ke tempat wisata. Akan tetapi, mereka juga ‘berfungsi’ sebagai pentransfer kultur. Hah, gimana tuh? Masih bingung? Ayo kita kupas tuntas.
Melalui risetnya, Cohen (1985) menyatakan bahwa peranan Pemandu Wisata sendiri dibagi menjadi dua skope. Yang pertama adalah skope kepemimpinan, dan yang kedua adalah skope mediatori. Nggak berhenti sampai disini, masing-masing skope masih dibagi menjadi dua bagian. Skope kepemimpinan dibagi menjadi bagian instrumental dan bagian sosial. Sedangkan skope mediatori dibagi menjadi bagian interaksional dan komunikatif. Biar lebih jelas, yuk kita bahas satu-satu.
A. Skope Kepemimpinan.
- Instrumental.
Pemandu Wisata bertugas sebagai orang yang menavigasi wisatawan dalam perjalanan wisata mereka. Tidak hanya itu, Pemandu Wisata juga bertugas ‘membuka’ akses sosial-kultural ke wisatawan.
- Sosial.
Pemandu Wisata adalah pihak yang bertanggung jawab untuk menjaga ‘tensi’ emosi dan mencegah konflik antar wisatawan. Secara moral, Pemandu Wisata juga mempunyai tugas untuk menjaga suasana hati wisatawan agar tetap baik.
B. Skope Mediatori.
- Interaksional.
Pemandu Wisata adalah pihak yang bertugas sebagai penengah antara wisatawan dan penduduk lokal. Di beberapa situasi, mereka juga berperan penting sebagai mediator (orang yang harus menjembatani dan terlibat dalam negosiasi), jika terjadi masalah pada akomodasi wisatawan, fasilitas kesehatan, dsb.
- Komunikatif.
Pemandu Wisata juga bisa disebut sebagai pemberi informasi dan penyampai pengetahuan (dalam hal ini kultur) pada wisatawan. Dan Pemandu Wisata juga merupakan pihak yang bertugas menginterpretasikan kultur setempat kepada wisatawan.
Dalam wisata transkultural, kita tidak bisa memungkiri bahwa akan ada cultural gap antara wisatawan dan orang atau adat setempat. Perbedaan kultur ini, berpotensi menimbulkan intrik dan akan memengaruhi pengalaman berwisata seseorang, kalau tidak bisa terselesaikan dengan baik. Maka dari itu, Pemandu Wisata berperan penting dalam ‘mengikis’ jarak tersebut.
Setelah tahu bahwa Pemandu Wisata adalah elemen penting yang membantu wisatawan dalam mentransfer kultur, lalu bagaimana dampaknya buat pengalaman berwisata seseorang?
Menurut jurnal yang ditulis oleh McDonnell (2001), 41% responden menyatakan bahwa Pemandu Wisata memberi dampak sangat positif di pengalaman berwisata mereka. 38% menyatakan bahwa Pemandu Wisata memberi dampak positif, sedangkan 18% menyatakan bahwa mereka tidak memberi dampak apapun. 2% sisanya menyatakan bahwa Pemandu Wisata memberi dampak negatif, dan hanya 1% yang menyatakan bahwa mereka memberi dampak yang sangat negatif.
Responden juga diberi pertanyaan tentang efektif atau tidaknya Pemandu Wisata dalam mentransfer kultur setempat ke wisatawan. 83% menyatakan bahwa Pemandu Wisata sudah melakukan tugasnya dengan baik, sedangkan 17% lainnya masih mengalami kesalahpahaman kultur.
Melihat seluruh penjabaran di atas, kita bisa ambil kesimpulan bahwa Pemandu Wisata memiliki peranan vital dan pengaruh besar terhadap kepuasan berwisata kita. Selain itu, mereka juga berperan aktif sebagai fasilitator wisatawan dalam memahami kultur setempat. Jadi, nggak ada ruginya untuk kita, kalau kita keluar biaya lebih untuk sewa jasa mereka. Toh dari mereka, kita bisa dapat hal-hal yang nggak bisa diukur dengan materi.
Oh iya, ngomong-ngomong tentang Pemandu Wisata, di bulan Maret ini, KP juga mengeluarkan produk baru, yaitu Pandu. Semua yang percaya bahwa mereka bisa jadi Pemandu yang baik, bisa mendaftarkan diri. Kalian tinggal klik aja di tautan https://kamarpelajar.id/pandu dan ikuti langkah-langkah singkatnya di sana.
Sampai jumpa di pembahasan selanjutnya.
Sumber :
https://uwspace.uwaterloo.ca/handle/10012/2732 Hu, W. (2007). Tour Guides and Sustainable Development: the Case of Hainan, China
https://opus.lib.uts.edu.au/bitstream/2100/893/1/lstwp3.pdf Mc.Donnel, I. (2001) The Role of the Tour Guide in Transferring Cultural Understanding.
https://www.academia.edu/download/31044731/sarajevo.pdf Rabotic, B. (2010). Tourist Guides in Contemporary Tourism, 353-364.
https://www.academia.edu/33817866/The_tourist_guide?from=cover_page Cohen, E. (1985). The Tourist Guide The Origins, Structure and Dynamics of a Role, 5-13.